A. Anatomi Fisiologi
Muskuloskeletal
1. Definisi
Sistem muskuloskeletal
merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan.
(Patofisiologi Vol.2,
Sylvia:1357)
Sistem Muskuloskeletal
meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa.
(KMB Vol.3, Brunner&Suddarth:2264)
Sistem Muscular atau
otot dalam tubuh memiliki fungsi umum untuk pergerakan, membentuk postur tubuh
dan memproduksi panas.
(Anatomi Fisiologi
Manusia, Ani dkk:39)
Tulang membentuk
kerangka pelindungdan penyangga tubuh dan memberikan tempat perlekatan otot
yang menggerakan rangka. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan
dan mengatur kalsium dan fosfat.
(Patofisiologi Vol.2,
Sylvia:1363&1357)
2.
Jenis tulang
Sistem Skelet :
terdapat 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam empat katagori
diantaranya tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan tulang tak
teratur.
(KMB Vol.3,
Brunner&Suddarth:2264)
Jenis tulang dapat
dibedakan menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang tidak
beraturan, tulang sesamoid dan tulang tambahan.
(Anatomi Fisiologi
Manusia, Ani dkk:27)
3.
Jaringan Tulang
a.
Jaringan tulang
berongga (spongy/cancellous)
Struktur tulang yang
berongga memungkinkan untuk tumpuan yang lebih baik terhadap beban berat.
Bagian yang sangat mencolok pada bagian tulang ini adalah trabeculae (duri
tipis dari jaringan tulang yang dikelilingi oleh tulang matriks yang keras
karena adanya deposit garam kalsium).
b.
Jaringan tulang padat
Tulang padat sangat
keras. Tulang memiliki silinder yang terklasifikasi yang disebut dengan osteon.
Silinder terdiri dari lapisan konsentris/lamella. Dibagian tengah tulang
terdapat Central Canals yang mengandung persyarafan, pembuluh limfe dan
pembuluh darah dan juga terdapat saluran dari nutrisi dan zat-zat buangan.
Tulang menjadi lebih
keras dan lebih kaku dari jaringan lain karena tersusun atas garam kalsium
fofat dan kalsium karbonat dan juga mengandung kristal hydroxyapatite.
(Anatomi Fisiologi
Manusia, Ani dkk:28-29)
4.
Anatomi Tulang Secara
Umum
Tulang panjang memiliki
gambaran yang paling baik untuk menggambarkan anatomi tulang secara umum.
Tulang dewasa memiliki bagian yang disebut dengan diaphysis, metaphysis,
epiphysis.
(Anatomi Fisiologi
Manusia, Ani dkk:29)
Diafisis atau batang
tulang adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Yang tersusun dari
tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.
Metafisis adalah bagian
tulang yang melebar di dekat ujung kahir batang. Tersusun oleh tulang trabekular
atau tulang spongiosayang mengnadung sel-sel hematopoetik.metafisis juga
menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon
dan ligamen pada epifisis.
Epifisis merupakan
bagian medullary cavity yang mengandung sumsum tulang berwarna kuning berisi
lemak. Bagian poros berisi sumsum berwarna merah yang merupakan tersusun atas
sel darah merah sehingga warnanya menjadi merah. Pada anak-anak biasanya sumsum
tersebut berwarna merah, namun seiring
dengan perjalanan pertumbuhan sehingga berubah menjadi sumsum kuning.
Lempeng epifisis adalah
daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan menghilang
pada tulang dewasa.
Seluruh tulang diliputi
oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang
dapat berpoliferasidan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang
panjang. Periosteum mengandung pembuluh darah, pembulu limfe dan banyak kapiler
yang memberikan nutrisi pada tulang dan memberikan warna tulang lebih merah
muda.
(Anatomi Fisiologi
Manusia, Ani dkk:30 dan Patofisiologi Vol.2, Sylvia:1358)
5.
Sel Tulang
a. Sel Osteogenik : banyak
ditemukan pada bagian tulang paling dalam dari periosteum dan sumsum tulang.
Memiliki kemampuan untuk berubah bentuk menjadi osteoblast selama terjadi
stress dan proses penyembuhan.
b. Osteoblast : mensistesa
dan mensekresi substansi dasar yang tidak bermineral. Sebagai pompa sel untuk
menggerakan kalsium keluar dan masuk sel.
c. Osteosit : merupakan
sel utama pada tulang yang sedang tumbuh. Osteosit juga adalah sel sel dewasa,
yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang
padat. Berperan dalam keseimbangan dalam mengatur pengeluaran kalsiun dari
tulang ke dalam darah.
d. Osteoclas : sel-sel
besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang diabsopsi.
Osteoclas dapat mengikis tulang.
e. Sel Pembatas tulang :
ditemukan pada permukaan banyak tulang orang dewasa. Berasal dari osteoblas.
Fungsinya menyediakan sel osterogenik yang dapat berubah dan berdifferensiasi
menjadi osteoblas, juga berperan sebagai ion barrier untuk mengatur
keseimbangan mineral terutama kalsium dan fosfat sehingga kandungannya dalam
matriks tetap stabil.
(Patofisiologi
Vol.2, Sylvia:1359 dan Anatomi Fisiologi Manusia, Ani dkk:33)
6.
Fungsi Tulang
·
Cadangan dan pelepasan
kalsium
·
Penyimpanan dan
pelepasan fosfat
·
Produksi sel darah
(Anatomi
Fisiologi Manusia, Ani dkk:33)
7.
Sendi
Sendi adalah daerah
tubuh tempat dua tulang menyatu. Sendi dapat bergerak bebas, yang disebut sendi
diartrodial, atau dapat tidak bergerak
yang disebut sendi sinartrodial.
(Patofisiologi, Corwin:330)
Sendi adalah tempat
pertemuan dua atau lebih tulang.
8.
Klasifikasi Sendi
o Sendi
Fibrosa (sinartrodial) merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tidak
memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan yang lainnya di
hubungkan oleh jaringan ikat fibrosa.
o Sendi
Kartilaginosa (amfiartrodial) merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Dan
merupakan sendi yang diujung-ujung tulangnya dibungkus oleh rawan hialin,
disokong oleh ligamen.
o Sendi
Sinovial (diartrodial) merupakan sendi yang dapat digerakan dengan bebas.
Sendi-sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi rawan
hialin.
Synovial
Cavity : ruang dalam sendi anatar dua tulang dalam persendian. Terdapat membran
sinovial yang berisi bantalan lemak yang berperan dalam mengurangi gesekan.
Membran sinovial mensekresi cairan sinovial yang melumasi sendi yang berguna
untuk mengurangi gesekan saat sendi bergerak.
(Patofisiologi
Vol.2, Sylvia:1360 dan Anatomi Fisiologi Manusia, Ani dkk:36)
9.
Otot
Otot rangka dan tulang
menunjang dan menggerakan tubuh. Tulang dilindungi oleh organ internal dan
digerakan oleh otot. Otot bertanggung jawab menimbulkan tonus vaskuler,
kontraksi usus, fungsi genitourinari, dan denyut jantung. Otot rangka
dihubungkan ke tulang melalui tendon. Tendon menggerakan tulang dengan
kontraksi otot rangka, yang di kontrol oleh neuron motorik bawah dari medula
spinalis. Otot rangka disebut otot serabut lintang karena adanya garis lintang
yang dapat dilihat di seluruh otot melalui mikroskop cahaya.
Satu sel otot dibentuk
dari banyak miofibril. Miofibril terdiri atas subunit yang lebih kecil yang
disebut miofilamen, miofilamen adalah unit fungsional sel otot. Unit ini terdiri
atas protein kontraktil yang tabal dan tipis, yang berkelompok bersama menjadi
pola berulang, yang disebut sarkomer. Otot mampu melakukan gerakan hanya dengan
cara kontriksi. Otot yang membantu pergerakan tertentu dinamakan sinergis.
Semesntara otot yang menyebabkan pergerakan berlawanan dengan pergerakan
tertentu dikenal sebagai antagonis.
(Patofisiologi,
Corwin:314)
B. Definisi Fraktur
Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang besar dari yang dapat
diabsorpsinya.
Fraktur tulang adalah patah tulang
pada tulang.
(Patofisiologi,
Corwin:335)
Fraktur
adalah rusaknya keutuhan tulang.
(Ensiklopedia
Keperawatan, Criss Brooker:136)
Fraktur adalah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
(Patofisiologi
Vol.2, Sylvia:1365)
Faktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebbkan oleh rudapaksa.
(Kapita Selekta
2:346)
C. Klasifikasi Fraktur
·
Fraktur komplet adalah patah tulang pada seluruh garis
tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). (KMB
Vol.3, Brunner&Suddart:2357)
Fraktur Komplet adalah fraktur yang mengenai tulang secara
keseluruhan. (Patofisiologi, Corwin:335)
·
Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada
sebagian dari garis tengah tulang.
Fraktur inkomplet adalah fraktur yang mengenai tulang secara
parsial. (Patofisiologi, Corwin:336)
Digolongkan/dipecah kembali sehingga menjadi spesifik :
1)
Greenstik adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang patah
sedang sisi lainya membengkok
2)
Oblik adalah fraktur membentuk sudut dengan garis tengah
tulang.
3)
Spiral adalah fraktur memuntir seputar batang tulang
4)
Kominutif adalah fraktur dengan tulang tengkorak dan tulang
wajah
5)
Depresi adalah fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke
dalam (biasa terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)
6)
Kompresi adalah fraktur diman tulang mengalami kompresi
(terjadi pada tulang belakang) seperti yang biasa terjadi pada tulang belakang.
7)
Segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang
yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplay darahnya.
8)
Transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang.
9)
Avulsi adalah memisahkan fragmen tulang pada tempat insesi
tendon ataupun ligamen.
10)
Fraktur kelelahan adalah fraktur yang terjadi pada orang
orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka.
11)
Fraktur sendi adalah fraktur yang terjadi pada sendi. Cedera
ini dapat menyebabkan osteoaritis.
12)
Fraktur angulasi adalah fraktur yang dapat menunjukan
derajat keparahan fraktur.dan memperkirakan derajat deviasi fragmen distal dari
sumbu longitudinal normal
13)
Fraktur oposisi adalah menunjukan tingkat pergeseran fraktur
dari permukaan asalnya dan dipakai untuk menjelaskan beberapa proporsi satu
fragmen tulang patah yang menyentuh permukaan fragen tulang yang lainnya.
·
Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya
kulit. (KMB Vol.3, Brunner&Suddart:2357)
·
Fraktur
terbuka/kompleks adalah fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa
sampai ke patah tulang.
Fraktur kompleks adalah fraktur yang ditandai oleh luka yang
dalam hingga bersinggungan dengan hematoma fraktur sehingga menyediakan jalan
masuk untuk bakteri. (Ensiklopedia Keperawatan, Criss Brooker: 136)
Grade Fraktur terbuka :
Grade I :
dengan luka bersih, panjangnya luka < 1 cm
Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif
Grade III :
yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.
D. Etiologi
v Trauma
v Benturan dan
cedera (jatuh pada kecelakaan).
v Kelemahan
tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis.
v Letih, patah
tulang karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi
(Patofisiologi
Vol.2, Sylvia:1366)
Menurut Sachdeva (1996), penyebab
fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1)
Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat
disebabkan oleh :
§ Cedera langsung berarti pukulan
langsung terhadap tulang sehinggatulang patah secara spontan. Pemukulan
biasanya menyebabkan frakturmelintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
§ Cedera tidak langsung berarti pukulan
langsung berada jauh dari lokasibenturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur
dan menyebabkanfraktur klavikula.
§ Fraktur yang disebabkan kontraksi keras
yang mendadak dari otot yangkuat.
§ Fraktur stress atau fraktur keletihan
dapat terjadi pada tulang normal akibat stress tingkat rendah yang berkepanjangan
atau berulang
2)
Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat
proses penyakit dimana dengantrauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat
juga terjadi padaberbagai keadaan berikut :
o Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas )
: pertumbuhan jaringan baru yangtidak terkendali dan progresif.
o Infeksi seperti osteomielitis : dapat
terjadi sebagai akibat infeksi akutatau dapat timbul sebagai salah satu proses
yang progresif, lambat dansakit nyeri.
o Rakhitis : suatu penyakit tulang yang
disebabkan oleh defisiensi. Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet
lain, biasanyadisebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena
asupankalsium atau fosfat yang rendah.
o Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang
terus menerus misalnya pada penyakitpolio dan orang yang bertugas
dikemiliteran.
E. Manifestasi klinis
a)
Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan
fragmen tulang berpindah daritempatnya perubahan keseimbangan dan contur
terjadi seperti :
o Rotasi pemendekan tulang.
o Penekanan tulang.
b)
Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan
ekstravaksasidarah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
c)
Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
d)
Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
e)
Tenderness / keempukan.
f)
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang
daritempatnya dan kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
g) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
syaraf/perdarahan).
h)
Pergerakan abnormal.
i)
Krepitasi
(Black, 1993 : 199 )
v Nyeri dan nyeri tekan setempat
v Pembengkakan
v Memar
v Krepitus (bsing derik tulang yang
terdengar saat tulang yang patah digerakan)
v Deformitas, termasuk pemendekan tulang
v Mobilitas abnormal pada bagian fraktur
v Kehilangan kemampuan fungsional untuk
menjalankan tugas sehari-hari
v Kerusakan jaringan lunak
(Ensiklopedia Keperawatan, Criss
Brooker:137)
F. Patofisiologi
Patofisiologi
fraktur tertutup mandibula dan fraktur tertutup femur terlampir
G. Komplikasi
1)
Komplikasi awal
§ Syok
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat
perdarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun yang tidak kelihtan) dan
kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak, dapat trjadi fraktur
ekstermitas, toraks, pelvis, vetebra. Karena tulang merupakan organ yang sangat
vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang besar sebagai
akibat dari trauma, khususnya fraktur femur dan pelvis.
§ Sindrom emboli lemak
Setelah terjadi fraktur panjang atau
pelvis, fraktur multipel, atau cedera remuk, dapat terjadi emboli lemak.
2)
Komplikasi lambat
§ Penyatuan terlamabat atau tidak ada
penyatuan
Penyatuan terlamabat terjadi bila
penyembuhan tidak terjadi dengan kecapatan normal untuk jenis dan tempat
fraktur tertentu. Penyatuan terlamabat mungkin berhubungan dengan infeksi
sistemik dan distraksi fragmen tulang.
§ Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Alat fiksasi interna biasanya diambil
setelah penyatuan tulang terjadi, namun pada kebanyakan pasien alat tersebut
tidak diangkat sampai menimbulkan gejala. Masalah tersebut meliputi kegagalan
mekanis (kegagalan pemasangan dan stabilisasi yang tak memadai), kegagalan
material (alat yang cacat atau rusak), berkaratnya alat.
(KMB Vol.3,
Brunner&Suddart:2366)
H. Prosedur Diagnostik
v Radiograf dapat menunjukan fraktur
tulang
v Scan tulang dapat menunjukan fraktur
stress
v Pemeriksaansinar-X dapatmembuktikanfrakturtulang
v Arteriogramyaitudilakukan bila dicurigai terdapat kerusakan
vaskuler.
v Pemeriksahandarahlengkap (Hb, Hematokrit, kreatinindanprofilkoagulan
v Anamnesa
v Pemeriksaanumum
v Pemeriksaan status lokalis
v Pemeriksaan
rontgen : Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.
I.
Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah
sebagai berikut :
1) Terapi non farmakologi, terdiri dari :
a)
Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi
saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplet dan
fraktur tanpa kedudukan baik.
b)
Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat
dalam anestesi umum atau lokal.
c)
Traksi, untuk reposisi secara berlebihan. Seperti traksi
skin yang indikasinya
ü Traksiskinmerupakanterapipilihanpadafraktur femur
danbeberapafraktursuprakondilerhumerianak-anak.
ü Padareduksitertutupdimanamanipulasidanimobilisasitidakdapatdilakukan.
ü Merupakanpengobatansementarapadafraktursambilmenungguterapidefinitif.
ü Fraktur-fraktur yang sangatbengkakdantidakstabilmisalnyafraktursuprakondilerhumeripadaanak-anak.
ü Untuktraksipadaspasmeototataupadakontraktursendimisalnyasendilututdaripanggul.
ü Untuktraksipadakelainan-kelainantulangbelakangsepertihernia
nukleuspulposus(HNP) atauspasmeotot-otottulangbelakang.
ü Perhitungan beban traksi adalah Berat Badan Pasien x
1/7 sementara traksi tulang perhitungnya adalah Berat Badan Pasien x 1/3.
d) Indikasi Pemasangan Gips
o
Untuk pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai bidal).
o
Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya
gips korset pada tuberkulosis tulang belakang atau pasca operasi seperti
operasi pada skoliosis tulang belakang.
o
Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama pada
anak-anak dan fraktur tertentu pada orang dewasa.
o
Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada talipes
ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi lutut oleh karena berbagai
sebab.
o
Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
o
Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah
suatu operasi misalnya pada artrodesis.
o
Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya setelah
operasi tendo Achilles.
o
Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau protesa.
Macam-macam
tempat pemasangan gips diantaranya gips lengan
pendek,gips lengan panjang,gips tungkai pendek,gips tungkai panjang,gips
berjalan,gips tubuh,gips spika,gips spika bahu,gips spika pinggul.
e)
Operatif
Indikasi operasi antara lain:
v Penanggulangan non-operatif gagal
v Fraktur multipel
v Robeknya arteri femoralis
v Fraktur patologik
v Fraktur pada orang-orang tua.
2) Terapi farmakologi, terdiri dari :
v Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
v Reposisi tertutup kontrol radiologi
diikuti interial.
Terapi ini dengan reposisi anatomi
diikuti dengan fiksasi internal.Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan
secepat mungkin, penundaanwaktu dapat mengakibatkan komplikasi. Waktu yang
optimal untuk bertindaksebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti tetanus serum
(ATS) / tetanus hamaglobidin. Berikan antibiotik untuk kuman gram positif dan
negatif dengandosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman
dari dasar lukafraktur terbuka.
(Smeltzer,
2001)
Penatalaksanaan menurut Corwin :
·
Fraktur harus segera di imobilisasi untuk memungkinkan
pembentukan hematoma fraktur dan meminimalkan kerusakan
·
Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agar
terjadi pemmulihan posisi yang normal dan rentang gerak. Sebagian besar reduksi
dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi tertutup). Apabila diperlukan
pembedahan untuk fiksasi (reduksi terbuka), pin atau sekrup dapat dipasang
untuk mempertahankan reduksi dan menstimulasi penyembuhan.
·
Imobilisasi jangka panjang setelah reduksi penting dilakukan
agar terjadi pembentukan kalus tulang baru. Imobilisasi jangka panjang biasanya
dilakukan dengan pemasangan gips atau penggunaan bidai.
(Patofisiologi,Corwin:339)
Tinjauan
penatalaksanaan fraktur
Enam
modalitas pengobatan umu digunakan pada penatalaksanaan fraktur :
v Metode penyokong nonrigrid (misalnya
mitela, perban, atau plester)
v Traksi kontinu (seperti traksi kulit
atau skelet)
v Fikssasi plester
v Fiksasi interna
v Fiksasi eksterna
v Gips dan/ atau penyangga (gips,
fiksator eksternal, skeleton, traksi)
J. Prinsip Penanganan
Fraktur
1)
Reduksi Fraktur
Reduksi fraktur
(setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
rotasi anatomis. Reduksi dibagi menjadi dua, yaitu :
o Reduksi
tertutup
Reduksi tertutup
dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung saling
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
o Reduksi
terbuka
Pada fraktur tertentu
memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi.
Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batang
logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisi sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi.
2)
Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur
direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi, atau dipertahankan da;am posisi
dan kesejajaran yang benar samapai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat
dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Medode fiksasi eksterna
meliputi pembalutan gips, bidai, traksi eksterna,
3)
Mempertahankan dan
mengembalikan fungsi
Segala upaya diarahkan
pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan mobilisasi harus
dipertahankan sesuai kebutuhan.
4)
Faktor yang mempercapat
penyembuhan fraktur
·
Imobilisasi fragmen
tulang
·
Kontak fragmen tulang
maksimal
·
Asupan darah yang
memadai
·
Nutrisi yang baik
·
Latihan pembebanan
berat untuk tulang panjang
·
Hormon hormon tiroid,
kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik
·
Potensila listrik pada
pataha tulang.
5)
Faktor yang menghambat
penyembuhan tulang
o Trauma
lokal ekstensif
o Kehilangan
tulang
o Imobilisasi
tak memadai
o Rongga
atau jaringan diantara fragmen tulang
o Infeksi
o Keganasan
lokal
o Penyakit
tulang metabolik
o Radiasi
tulang
o Kekrosis
avaskuler
o Fraktur
intraartikuler
o Usia
(lansia sembuh lebih lama)
o Kortikosteroid
(menghambat kecepatan perbaikan)
K. Proses Penyembuhan
Tulang pada Fraktur
·
Stadium Satu (Pembentukan Hematoma) : Pembuluh darah robek dan terbentuk
hematoma disekitar daerah fraktur. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat
fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.
·
Stadium Dua (Proliferasi Seluler) : Sel-sel yang mengalami proliferasi ini
terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast
beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Pada fase ini dimulai pada minggu
ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.
·
Stadium Tiga (Pembentukan Kallus) : Sel–sel yang berkembang memiliki
potensi yang kondrogenik dan osteogenik (bersifat menghasilkan/membentuk
tulang), bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang
dan juga kartilago.
·
Stadium Empat (Osifikasi atau Konsolidasi) : Sistem ini sekarang
cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis
fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa
diantara fragmen dengan tulang yang baru. Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu
ke 4 – 8 dan berakhir pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur.
·
Stadium Lima (Remodelling) : Fraktur telah dijembatani oleh suatu
manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini
dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus.
Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai
beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
LOKALISASI
|
WAKTU
PENYEMBUHAN
(minggu)
|
Phalang /
metacarpal/ metatarsal / kosta
Distal
radius
Diafisis
ulna dan radius
Humerus
Klavicula
Panggul
Femur
Condillus
femur / tibia
Tibia /
fibula
Vertebra
|
3 – 6
6
12
10 – 12
6
10 – 12
12 – 16
8 – 10
12 – 16
12
|
Ada beberapa tahapan
penyembuhan tulang diantaranya :
a.
Inflamasi
Dengna adanya patah
tulang, tubuh mengalami respons yang sama yaitu terjadi perdarahan dalam
jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang.
Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah.
Tempat cedera kemudian diinvasi oleh
makrofag yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadilah pembengkakan dan
nyeri.
b.
Proliferasi sel
Sekitar 5 hari,
hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang – benang fibrin
c.
Pembentukan kalus
d.
Penulangan kalus
e.
Remodelling menjadi
tulang dewasa
(KMB
Vol.3, Brunner&Suddart:2268)
L. Penatalaksanaan Diet
Diberikan diet
cair karena keadaan lambung yang belum normal,diberikan 200 cal karena hiper
metabolik pasien memerlukan energi lebih.Diberikan pada pasien dalam kaadan
mual dan muntah,dengan kesadaran menurun,dengan suhu badan sangat tinggi atau
infeksi akut. Makanan ini berupa cairan jernih yang tidak merangsang dan tidak
meninggalkan sisa.
M. Therapy
v
Ketorolac tromethamine
Indikasi :
Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Indikasi
penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu penggunaan
maksimal selama 5 hari. Ketorolac selain digunakan sebagai anti inflamasi juga
memiliki efek anelgesik yang bisa digunakan sebagai pengganti morfin pada
keadaan pasca operasi ringan dan sedang.
Penatalaksanaan jangka
pendek, nyeri akut sedang -berat setelah operasi prosedur bedah.
Efek samping :
Diare, dispepsia, nyeri
Gastro Intestinal, neusea, sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat, asma,
dispnea, pruritus, urtikaria, vasodilatsi, pucat.
v
Ranitidin
Indikasi :
ü
Tukak lambung dan usus 12 jari
ü
Hipersekresi patologik sehubungan dengan sindrom Zollinger-Ellison
Kontra Indikasi:
ü
Penderita gangguan fungsi ginjal
ü
Wanita hamil dan menyusui
Efek Samping :
ü
Efek
samping ranitidine adalah berupa diare, nyeri otot, pusing, dan timbul ruam
kulit, malaise,nausea.
ü
Konstipasi
ü Penurunan jumlah sel darah putih dan
platelet (pada beberapa penderita).
ü Sedikit peningkatan kadar serum
kreatinin (pada beberapa penderita).
v
NaCl 0,9%
Indikasi :
ü
Merupakan garam yang berperan penting dalam memelihara tekanan osmosis
darah dan jaringan. Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi
Kontra indikasi :
ü
Hipernatremia, Asidosis, Hipokalemia.
Efek samping :
ü Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya
atau cara pemberiannya, termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat
penyuntikan, thrombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan,
ekstravasasi.
ü Bila terjadi reaksi efek samping, pemakaian harus
dihentikan dan lakukan evaluasi terhadap penderita.
v
Ceftriaxone
Indikasi :
ü
Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau
yang mengancam nyawa.
Efek samping :
ü
Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah
seperti anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang
usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal)
ü
Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy,
convulsion); Efek hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan
hati juga terjadi.
ü
Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated
partial thromboplastin time), dan atau hypoprothrombinemia (dengan
atau tanpa pendarahan) dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan rangkaian
sisi NMTT yang mengandung cephalosporins.
Kesimpulan
Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung
dan tidak langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka
yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor (Reeves,2001:248)
Pada perawatan pasien fraktur tertutup, pasien diajari
untuk mengontrol pembengkakan dan nyeri sehubungan dengan fraktur dan trauma
jaringan lunak, sedangkan perawatan pasien fraktur terbuka adalah untuk
meminimalkan kemungkinan infeksi luka, jaringan lunak dan tulang untuk
mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan tulang.
Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu stadium satu
(Pembentukan Hematoma), stadium dua (Proliferasi Seluler), stadium tiga (Pembentukan
Kallus), stadium empat (Osifikasi atau Konsolidasi), stadium lima (Remodelling).
Prinsip Penatalaksanaan Fraktur Dengan Konservatif
& Operatif
Cara Konservatif diantaranya Gips dan Traksi (mengangkat / menarik), sementara Cara operatif / pembedahan yaitu dengan metode perawatan fiksasi interna dan reduksi terbuka.
Cara Konservatif diantaranya Gips dan Traksi (mengangkat / menarik), sementara Cara operatif / pembedahan yaitu dengan metode perawatan fiksasi interna dan reduksi terbuka.
Saran
Dalam paper ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca. Pembahasan dalam paper fraktur ini
merupakan masalah yang sering terjadi di kehidupan masyarakat, oleh karena itu
penulis menyarankan agar para pembaca memahami tentang isi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002.Keperawatan Medikal BedahVol 3. Jakarta
: EGC
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin Elizabeth J. 2009.Buku Saku PatofisiologiEdisi 3. Jakarta
: EGC:
Haryani, Ani. 2009. Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung : CV Cakra
Mansjoer, Arif,
et. al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
NANDA.
2011. Diagnosis keperawatan : Definisi
dan Klasifikasi 2012 – 2014.Jakarta:EGC
Price, S.A. 2012.Patofisiologi Edisi 6 Vol 2Jakarta:EGC
Reeves,
Charlene J, 2001. Keperawatan Medikal Bedah (Penerjemah Joko Setyono). Jakarta
: Penerbit Salemba Medica.
0 comments:
Post a Comment