BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia dengan kapasitas
berfikir yang telah Allah karuniakan, senantiasa berusaha menggapai
‘kebahagiaan’ dengan bahasa perasaannya masing-masing. Pada masa sekarang ini
manusia mencoba meraihnya dengan membuat ungkapan-ungkapan batin lewat
visualisasi fisik yang banyak menguras waktu, harta, tenaga dan pikiran.
Kesemuanya itu rela ia korbankan untuk melampiaskan perasaan batinnya, meski
terkadang pengungkapannya itu kurang masuk akal sehat.
Kebahagiaan dalam format
berfikir mereka adalah suatu bentuk idealisme yang bisa membuat perasaannya
bergolak dan orang lain yang memperhatikannya ikut hanyut dalam gerak rasa yang
dimainkannya. Dan memang kebahagiaan itu merupakan bentuk yang abstrak, sesuatu
yang tinggi, dan sebagai pusat tujuan. Gagasan abstraklah yang membawa manusia
melahirkan instrumen rasa batinnya.
Allah SWT, yang kalau manusia mengetahui adalah sumber gagasan
abstrak yang bisa menjadi eksak dalam pandangan orang-orang pilihan-Nya. Allah
menyapa manusia ketika ia ingin mencapai gagasan abstrak kebahagiaannya itu
dengan kata ‘Aku dekat’ (bahkan lebih dekat daripada urat leher). Selanjutnya Allah menciptakan sebuah nama yang kemudian diiringi dengan
nama-nama lain-Nya yang indah (hal ini yang Dia ajarkan pertama kali kepada
Adam As.) sebagai jembatan penghubung antara Pencipta (Khaliq) dan yang dicipta
(makhluk).
Pemahaman kita tentang
Tuhan (makrifat) kepada-Nya sesungguhnya menggambarkan cakrawala pandang kita
tentang Tuhan. Agama dan setiap golongan dalam suatu umat memiliki kacamata
berbeda dalam memandang gagasan tentang Tuhan yang sebenarnya. Inilah Aqidah
(tujuan) hidup, dan sumber kebahagiaan yang banyak orang cari sekarang ini.
Makrifat (pengenalan)
akan Tuhan itu diawali dengan menyebut Nama-Nya, yakni Dzikir kepada Sang
Pencipta. Dengan dzikir (ingat) inilah muncul istilah jauh dekatnya manusia
kepada Tuhan yang menciptakannya.
Dzikir
merupakan penghubung antara manusia dengan sumber kehidupan. Sesosok makhluk
merupakan gambaran sebuah komponen elektronik, yang apabila tidak berhubungan
dengan sumber energi listrik, maka ia tidak akan hidup. Dan juga apabila ia
hanya berhubungan dengan hanya satu sumber ia juga tidak akan berjalan, karena
arus memiliki dua kutub, positif dan negatif (ada takdir baik dan buruk). Orang
yang ingat kepada Allah berarti ia hidup, dan yang melupakannya berarti
sesungguhnya ia mati. Serta perlunya menafakuri alam semesta sesungguh-Nya dalam penciptaan
alam dan bumi, serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi.
1.2 Rumusan
Masalah
·
Jelaskan konsep berdzikir !
·
Berikan contoh aplikasi berdzikir dalam
kehidupan sehari-hari !
·
Jelaskan konsep tafakur !
·
Berikan contoh aplikasi tafakur dalam
kehidupan sehari-hari !
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui
pengertian, tujuan, serta manfaat dari berdzikir dan tafakur menurut Al-Qur’an
dan Hadist. Serta agar dapat mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 KONSEP
DZIKIR
A. Pengertian
Dzikir
menurut konteks bahasa mengandung beberapa pengertian, mengandung arti
"Menceritakan" (QS. Maryam : 56), "Al-Qur'an" (QS.
Al-Anbiya : 50), "Shalat" (QS. Al Baqarah : 239), "Wahyu"
(QS. Al Qamar : 25) dan sebagainya.
Kata dzikir diambil dari bahasa arab yang berarti “ingat atau mengingat”
sedangkan menurut istilah dzikir adalah suatu perbuatan atau pekerjaan yang
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengingat Tuhan yang telah menciptakan. Arti Dzikir dalam konteks islam adalah suatu cara / media untuk
menyebut/mengingat nama Allah, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya
mendekatkan diri kepada Allah dinamakan dzikir seperti shalat (QS. Thoha : 14).
B. Macam-Macam Dzikir
Para
ahli tasauf membagi dzikir itu dengan dua bagian :
1.
Dzikir Billisan : Berdzikir dengan menggunakan lidah dan menggerakkan kedua bibir.
"Maka apabila kamu telah
menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan
di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman. "(QS. Annisa : 103).
2. Dzikir Bilqolbi : Berzikir dengan menggunakan hati dan sama sekali tidak terdengar oleh
telinga. (QS. Ali Imran: 135)
Dzikir Bilqolbi
"(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram " (QS. Ar-Rad :28)
Setiap zikir Billisan dan Bilqolbi mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Zikir billisan dengan suara jahar kelebihannya
disamping berzikir secara tidak langsung dapat mengajarkan orang yang
disekitarnya untuk mengikuti zikirannya seperti zikir sesudah shalat Fardhu
yang dipandu oleh imam.
C. Seberapa Banyak Perlu Berdzikir dan Kapan Waktunya
Pada hakikatnya Allah menyuruh hambanya banyak berzikir dan jangan
sampai lalai kepadaNya dalam sedetikpun.
"Hai
orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya " (QS. AL-Ahzab : 41)
"Dan bertasbihlah kepada-Nya
diwaktu pagi dan petang " (QS. AL-Ahzab : 42)
Bahkan termasuk
golongan orang munafik yang sedikit zikirnya. tetapi ada zikir yang dibatasi dengan
jumlah tertentu karena mempunyai keistimewaan dan ada maksud tertentu. Sabda
Nabi :"Aku ber-Istigfar sehari semalam 100 kali ".
Istigfar ini menunjukkan rasa syukurnya beliau dijadikan Nabi yang
Makshum (terbebas dari dosa). "Siapa yang membaca : Laa ilaaha illalloh
wahdahu laasyariilalah lahul mulku wahul hamdu wahuwa alaa kulli syai'in
qodiir.sehari 200 kali maka orang-orang yang sesudah dan sebelum-mu selalu
berbuat baik kepadamu". Jumlah zikir dengan bilangan tertentu sering
dipakai oleh para Ahli Thariqah dan Ahli Hikmah, karena mempunyai kelebihan dan
tujuaan tertentu, seperti membaca Shalawat "Kamilah" 4444 kali dengan
maksud keselamatan dan bentang dari musuh.Angka-angka yang mereka tentukan berdasarkan
dari hasil Mujahadah (kesungguhan jiwa) dan Riyadhah (latihan jiwa) dala menjalankan
tasauf .
Pada dasarnya berzikir tidak dibatasi dengan sesuatu apapun, karena
mengingat kepada Sang Pencipta tidak boleh dibatasi oleh apapun, kecuali ada
hal-hal tertentu yang dilarang untuk mengerjakannya. Berzikir boleh dilakukan
dalam kondisi berdiri, duduk atau berbaring.
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),
ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa : 103).
Ibnu Abbas berkata : "Ayat ini mengandung pengertian boleh
berzikir pada waktu siang atau malam, didaratan atau dilautan, sedang bepergian
dalam kendaraan atau disuatu tempat dan dalam kondisi apapun seperti, sakit
atau sehat, sendiri atau ramai ".
D.
Manfaat Berdzikir
Dzikir
menyebabkan datangnya shalawat Allah dan malaikatnya bagi orang yang berdzikir.
Dan siapa saja yang mendapat shalawat (pujian) Allah dan malaikat, sungguh ia
telah mendapatkan keuntungan yang besar. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا
اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا هُوَ
الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“Hai
orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah
yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu),
supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan
adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzab
33:41-43)
Dzikir akan memberikan
seseorang kekuatan sampai-sampai ia bisa melakukan hal yang menakjubkan. Itulah
karena disertai dengan dzikir. Contohnya adalah Ibnu Taimiyah yang sangat
menakjubkan dalam perkataan, tulisannya, dan kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah
yang ia susun sehari sama halnya dengan seseorang yang menulis dengan menyalin
tulisan selama seminggu atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau
terkenal sangat kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin
berdzikir.
Orang yang senantiasa
berdzikir ketika berada di jalan, di rumah, di lahan yang hijau, ketika safar,
atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari
kiamat. Karena tempat-tempat tadi, gunung dan tanah, akan menjadi saksi bagi
seseorang di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan
(yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada
hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah 99 : 1-5)
Jika seseorang menyibukkan diri dengan dzikir,
maka ia akan terlalaikan dari perkataan yang batil seperti ghibah
(menggunjing), namimah (mengadu domba), perkataan sia-sia, memuji-muji manusia,
dan mencela manusia. Karena lisan sama sekali tidak bisa diam. Lisan boleh jadi
adalah lisan yang rajin berdzikir dan boleh jadi adalah lisan yang lalai. Kondisi lisan adalah salah satu di antara
dua kondisi tadi. Ingatlah bahwa jiwa jika tidak tersibukkan dengan kebenaran,
maka pasti akan tersibukkan dengan hal yang sia-sia[1]
2.2 CONTOH
APLIKASI BERDZIKIR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Untuk mempermudah
mengingat dzikir para ulama memberi sebutan dzikir yang digunakan dalam keadaan
tertentu :
·
Basmalah : Diucapkan setiap memulai
sesuatu
·
Hamdalah
/ Tahmid : Diucapkan setiap meakhiri
sesuatu
·
Istigfar : Diucapakan ketika
melihat / mendengar sesuatu yang tidak
diinginkan
atau untuk memohon ampun
·
Hauqalah : Diucapkan ketika melihat
/ mendengar sesuatu yang
dibenci.
·
Al
Masyiah : Diucapakan
apabila ingin mengerjakan sesuatu yang hebat
atau
ajaib.
·
Tahlil /
Syahadah : Diucapkan ketika memasukkan
orang non muslim kedalam
agama
islam /bacaan wajib bagi orang muslim didalam shalat.
·
Tasbih : Diucapkan ketika
melihat atau mendengar kekuasaan Allah
SWT.
2.3 KONSEP TAFAKUR
A. Pengertian
Tafakur
adalah suatu perenungan dengan melihat, menganalisa, meyakini secara pasti
untuk mendapatkan keyakinan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan
Allah.
Tafakur adalah merenungi segala ciptaan Allah sebagai bukti kemaha
besaran Allah dan menganggap bahwa
akhirat lebih utama daripada dunia.
Tafakur
dalam Islam akan meningkatkan tauhid, keyakinan dan kepercayaan kepada Allah
berdasarkan akal pikiran dan perasaan atau hati.
B. Tujuan Tafakur
Tujuan dari Tafakur Meditasi Islam (TMI) adalah terutama untuk melatih
diri agar kita selalu Ingat kepada Allah SWT, dan selalu Ingat adanya Kehidupan
Akhirat nanti, guna mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan, baik di Kehidupan
Dunia dan di Kehidupan Akirat. Selain
untuk mendekatkan diri kepada Allah, Tafakur juga dapat digunakan untuk setiap
saat melihat, memperhatikan perilaku, sifat, kejadian, masalah yang setiap saat
muncul selama manusia – umat Islam menjalani kehidupan. Tujuan Utama dari
Tafakur Meditasi Islam ini adalah untuk senantiasa mengingat allah & mengingat kehidupan
akhirat, guna mendapatkan Keselamatan & Kebahagiaan, baik
di Kehidupan Dunia maupun di Kehidupan Akhirat.
Dalam Al Quran Surah Al Baqarah ayat 152, Allah ber Firman:
“Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu”.
Dan simaklah Surah An Nisaa ayat 103:
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan Shalat mu, Ingatlah
Allah di waktu ber-Diri, di waktu Duduk dan di waktu ber-Baring”.
Kemudian
bacalah Firman Allah dalam Surah Al Ankabut ayat 64:
“Maka tidaklah Kehidupan Dunia ini melainkan senda gurau dan
main-main. Dan sesungguhnya Kehidupan Akhirat itulah yang sebenarnya Kehidupan,
kalau mereka mengetahui”.
Tafakur merupakan suatu
kesadaran untuk mendapatkan bukti adanya Allah, dan kekuasaan-Nya yang bermuara
pada keyakinan, selanjutnya dengan tafakur manusia dapat menempatkan diri di
alam dengan mengetahui kondisi baik dan buruk hanya dengan kekuatan akal dan
iman yang membantu menerima kebaikan yang melahirkan ketenangan. Iman dan akal
pula yang menolak keburukan dan sesuatu yang dibenci, hal
inilah yang menjadi inti
dari ajaran Islam.
C. Tafakur dalam Perspektif Psikologi
Dalam dunia psikologi, Tafakur merupakan kegiatan berpikir yang dalam
berbagai perasaan, persepsi, imajinasi, dan pikiran memberi pengaruh dalam
pembentukan perilaku, kecenderungan, keyakinan, aktifitas alam sadar maupun
alam dibawah sadar serta kebiasaan baik dan buruk seseorang. Hal ini adalah penemuan modern psikologi kognitif manusia,
namun sebelum itu jauh ulama’ Islam telah merintis
konsep tafakur sebagai motifasi hidup dan menambah kuatnya iman seseorang. (Badri, 1996: 20).
Pada masa-masa awal, psikologi banyak terfokuskan pada studi sekitar pikiran, kandungan perasaan, dan bangunan akal
manusia. Kemudian, muncul
aliran behaviorisme dengan
konsep-konsepnya yang terkenal dan berpengaruh yang dipelopori oleh Watson. Aliran ini, akhirnya
mengubah secara besar-besaran
pandangan-pandangan sebelumnya,
kemudian menempatkan kajian mengenai
proses belajar manusia, melalui
rangsangan dan respon yang timbul, menjadi tema utama psikologi. Perasaan, kandungan akal, dan
pikiran dianggap sebagai masalah
yang tidak dapat dijangkau dan
dipelajari secara langsung.
Menurut mereka segala kegiatan kognitif dan perasaan yang ada dan terjadi dalam benda-benda hidup merupakan akibat
dari interaksinya dengan
pengaruh-pengaruh tertentu.
Kegiatan “pikiran dalam” dianggap sebagai peti terkunci yang bagian dalamnya tidak mungkin
diketahui dengan jelas. Karena itu, tidak perlu menghabiskan waktu untuk
mempelajarinya. Selanjutnya, para penganut behaviorisme menyimpulkan bahwa
“pikiran dalam” hanyalah kumpulan rangsangan dan respon yang terjaring tidak
lebih dari “perbincangan dalam” seseorang dengan dirinya sendiri. (Badri, 1996:
6).
Apabila pikiran manusia diarahkan pada ciptaan Allah SWT, dan berbagai nikmat-Nya, ia akan menambah keimanan serta
ketinggian perilaku dan amalnya. Sebaliknya apabila
seseorang ditujukan pada syahwat dan kesenangan hawa nafsu, ia akan
menjauhkannya dari nilai agama bahkan menjatuhkan moral perilakunya. Sedangkan
pemikiran yang bertumpu pada ketakutan, perasaan gagal, dan pesimistik akan menjadi penyebab
seseorang terserang penyakit
kejiwaan. Oleh karena itu,
banyak peneliti psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya pada upaya mengubah
pemikiran manusia, yaitu kegiatan
berpikirnya yang seringkali lebih dulu memberi respon emosional pada seorang
pasien. (Badri, 1996: 15).
Jadi,apabila pikiran manusia tidak diarahkan pada keEsaan Allah SWT maka hati manusia itu kelak tertumpu pada
pikiran atau jiwa yang selalu merasa takut,merasa dirinya selalu
rendah,gagal,atau bisa dikatakn dengan sifat yang pemistik yang akan
menghancurkan hidupnya sendiri.
Kegiatan kognitif dan kegiatan berpikir dalam diri manusia mengarahkan perilaku dan sikap lahiriyahnya, baik
dirasakan maupun tidak dirasakan. Penelitian yang
dilakukan oleh para ahli psikologi kognitif mendukung apa yang digariskan oleh
Islam bahwa tafakur tentang ciptaan Allah SWTmerupakan tiang utama keimanan,
yang dapat melahirkan segala perbuatan dan perilaku positif.
Allah
SWT berfirman,”Mahasuci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.”Selanjutnya,Allah SWT berfirman,”Dialah Allah Yang
Menakdirkan,Yang Mengadakan,Yang mengadakan,Yang membentuk rupa,”Al-khalqu
artinya menakdirkan.Al-bar’u artinya melaksanakan dan melahirkan sesuatu
yang telah ditakdirkan dan didtetapkan ke alam wujud,sesuai dengan sifat yang
dikehendaki dan dipilih-Nya.Seperti firman –Nya “dalam bentuk apa saja yang dia
kehendaki ,Dia menyusun tubuhmu .” (al-infithaar:8) Selanjutnya,Allah Ta’ala
berfirman,”Yang mempunyai nama-nama yang paling baik.”Hal ini dibicarakan di
dalam surah al-a’raaf ayat 180.
Dan
akan kami sebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah r.a Rasulullah saw.,
إِنَّ
لِلهِ تَعَالَي تِسْعَةُ وَتِسْعِيْنَ اسْمًا ما ئَةُ إلأَّ وَجِدًا ,مَنْ
أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَهُوَ وِتْرُ يُحِبُّ الْوِتْرَ
“Allah mempunyai seratus nama kurang satu.barang
siapa yang menjaganya,ia akan masuk surga.dan Allah itu ganjil dan menyukai
yang ganjil.”
Firman Allah SWT,”Bertasbih
kepada-Nya apa yang ada di langit dan bumi.”Seperti firman Allah SWT,”Langit
yang tujuh,bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah.Dan tak
sesuatu pun melainkan bertasbih dengan
memuji-Nya,tetapi kamu sekalian ridak mengerti tasbih mereka.Sesungguhnya Dia
adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”(al-israa’:44)Lalu Allah SWT
berfirman,”Dan dialah Yang Mahaperkasa maka (laa yuraamu janaabuhu?) lagi
Mahabijaksana.” Di dalam syariat dan ketentuan-Nya.
D.
Macam-macam Tafakur
Tafakur
merupakan perantara untuk bisa wushul (sampai) kepada Allah subhanahu wata'ala,
dengan berfikir tentang ciptaan atau makhluq Nya. Akan tetapi dalam bertafakur,
Allah memberikan dua macam cara untuk melakukannya yaitu dengan bertafakur
secara mutlaq atau secara muqoyyad sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an tentang
masalah tersebut.
Dalam
hal ini, tafakur dibagi menjadi dua, tafakur mutlaq dan tafakur muqoyyad. Ibnu
Atho'illah membedakan antara kedua tafakur tersebut, karena disesuaikan dengan
firman Allah dalam Al-Qur'an. Tafakur mutlaq ialah memikirkan tentang ciptaan
Allah tanpa ada pembatas. Hal ini dikarenakan perintah Allah dalam Al-Qur'an
dengan menggunakan fi'il (kata kerja) yang lazim, sehingga dalam permasalahan disini
bisa dikatakan tafakur yang tidak membutuhkan maf'ul (obyek).
Tafakur
muqoyyad ialah memikirkan sesuatu yang ada di alam semesta ini, tetapi
pemikiran tersebut diberi batas-batas oleh Allah sesuai dengan firmanNya, dan
Al-qur'an menyebutkannya dengan menggunakan fi'il (kata kerja) yang muta'adi.
Hal ini obyek sangat berperan sekali dalam menentukan sesuatu yang akan
dijadikan sebuah tafakur oleh seorang hamba.
E.
Dalil
·
Allah subhanahu wata'ala, menyuruh kepada
hambaNya untuk berfikir atau tafakur terhadap ciptaanNya yang tidak dibatasi,
hal ini bias dinamakan dengan tafakur mutlaq, sebagaimana firman Allah dalam
surat yunus ayat 24.
كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (يونس : 10/ 24)
كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (يونس : 10/ 24)
Artinya :
"Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada
orang-orang berfikir". (Q.S. Yunus : 24).
·
Firman Allah dalam surat Al-Imron : 191
وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (ال عمران :3/ 191)
Artinya : "Dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi". (Q.S. Al-Imron :
191).
Ayat ini menunjukan
bahwasanya tafakur, selain mutlaq juga ada yang muqoyyid yaitu bertafakur
terhadap ciptaan Allah dengan adanya pembatas seperti ayat di atas. Dan fi'il
yang digunakan berupa muta'adi.
·
Pahala bertafakur lebih baik dari pada
melaksanakan ibadah malam hari seperti perkataan syaikh Hasan bishri.
تفكر ساعة خير من قيام
ليلة
Artinya :
"Bertafakur satu jam lebih baik daripada mendirikan shalat pada waktu
malam".
Hal ini, kebaikan tafakur
dipandang dari segi pahala bukan hakikatnya.
Firman Allah dalam surat
Al-Ikhlas.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
(1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا
أَحَدٌ (4) (الاخلاص :112/ 1-4)
Artinya : "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Q.S. Al-Ikhlas : 1-4).
Artinya : "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Q.S. Al-Ikhlas : 1-4).
Ayat ini merupakan
jawaban rasulallah pada waktu di beri pertanyaan oleh kafir Quraisyi tentang
Dzat Allah subhanahu wata'ala. Dan juga sebuah himbauwan bagi umatnya supaya
bertafakur terhadap sifat-sifat atau makhluqNya.
·
Banyak sekali dalam Al-qur'an, ayat yang
menerangkan tentang ciptaan Allah, salah satunya yaitu tentang langit, bumi dan
juga bergantinya malam dan siang seperti firman Allah dalam surat Al-Imron ayat
190.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (ال عمران : 3 /190)
Artinya : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal".(Q.S. Al-Imron : 190).
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (ال عمران : 3 /190)
Artinya : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal".(Q.S. Al-Imron : 190).
·
Firman Allah dalam surat At-Thoriq.
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ
مِمَّ خُلِقَ (5) خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (6) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ
(7) (الطارق :86/ 5-7)
Artinya : "Maka
hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari
air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang
dada perempuan". (Q.S. At-Thoriq : 5-7).
Ayat ini menerangkan tentang Allah menciptakan manusia melalui proses yang tidak akan bias dilakukan oleh makhluq lain. Hal ini menunjukan adanya kekuasaan Allah dan wujudNya.
Ayat ini menerangkan tentang Allah menciptakan manusia melalui proses yang tidak akan bias dilakukan oleh makhluq lain. Hal ini menunjukan adanya kekuasaan Allah dan wujudNya.
·
Firman Allah dalam surat An-Nahl.
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ (10) يُنْبِتُ
لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (11) (النحل :16/ 10-11)
Artinya : "Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan". (Q.S. An-Nahl : 10-11).
Allah memberikan rizqi kepada hambaNya melalui air tawar yang turun dari langit ataupun langsung dari bumi dengan perantara tumbuh-tumbuhan, seperti firman Allah diatas.
Artinya : "Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan". (Q.S. An-Nahl : 10-11).
Allah memberikan rizqi kepada hambaNya melalui air tawar yang turun dari langit ataupun langsung dari bumi dengan perantara tumbuh-tumbuhan, seperti firman Allah diatas.
·
Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ
وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ
مِنْ نَفْعِهِمَا (البقرة : 2/ 219)
Artinya : "Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya". (Q.S. Al-Baqoroh : 219).
Dalam firman ini Allah
juga menyuruh kepada hambaNya, untuk bertafakur tentang masalah khomr (minuman
keras) yang bias menyebabkan murka Allah terhadap hambaNya.
·
Begitu juga dengan shadaqoh yang telah
diperintahkan oleh Nya seperti Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh : 219
وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ
قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
(البقرة : 2/219)
Artinya : "Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir". (Q.S. Al-Baqoroh : 219).
Artinya : "Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir". (Q.S. Al-Baqoroh : 219).
·
Firman Allah dalam surat Thoha.
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126). (طه :20/ 124-126).
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126). (طه :20/ 124-126).
Artinya : "Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan
yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku
dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah
berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (Q.S.
At-Thoha : 124-126).
Dalam ayat ini Allah
menyuruh kepada hamabNya untuk bertafakur tentang siksa hari qiyamat, yang akan
mengakibatkan rasa khouf dan roja' kepada Allah subhanahu wata'ala kelak di
hari akhir tersebut. Disamping itu, dalam ayat ini Allah berfirman dengan
menggunakan lapadz فَنَسِيتَهَا . Hal ini menunjukan bahwasanya, Allah telah
memberikan pengetahan kepada hambaNya tentang wujudNya dialam dunia tetapi
mereka berpura-pura lupa tentang hal itu.
F. Setidaknya
ada empat keutamaan tafakur, yaitu:
1. Allah
memuji orang-orang yang senantiasa bertafakur dan berdzikir dalam setiap
situasi dan kondisi dengan menceritakannya secara khusus dalam Al-Qur’an di
surat Ali Imran ayat 190-191. Sa’id Hawa dalam Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil
Anfus halaman 93 berkata, “Dari ayat ini kita memahami bahwa kemampuan akal
tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan antara dzikir dan pikir pada diri
manusia. Apabila kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal berarti kesempurnaan
seorang manusia, maka kita bisa memahami peran penting dzikir dan pikir dalam
menyucikan jiwa manusia. Oleh karena itu, para ahli suluk yang berupaya
mendekatkan diri kepada Allah senantiasa memadukan antara dzikir dan pikir di
awal perjalanannya menuju Allah. Sebagai contoh, di saat bertafakur tentang
berbagai hal, mereka mengiringinya dengan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.”
2. Tafakur
termasuk amal yang terbaik dan bisa mengungguli ibadah. Ada atsar yang
diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi, “Berpikir sesaat lebih utama daripada
ibadah setahun.” Kenapa begitu? Karena, berpikir bisa memberi manfaat-manfaat
yang tidak bisa dihasilkan oleh suatu ibadah yang dilakukan selama setahun. Abu
Darda’ seorang sahabat yang terkenal sangat abid pernah ditanya tentang amalan
yang paling utama, ia menjawab, “Tafakur.” Dengan tafakur seseorang bisa
memahami sesuatu hingga hakikat, dan mengerti manfaat dari yang membahayakan.
Dengan tafakur, kita bisa melihat potensi bahaya hawa nafsu yang tersembunyi di
dalam diri kita, mengetahui tipu daya setan, dan menyadari bujuk rayu duniawi.
3. Tafakur
bisa mengantarkan kita kepada kemuliaan dunia dan akhirat. Ka’ab bin Malik
berkata, “Barangsiapa menghendaki kemuliaan akhirat, maka hendaknyalah ia
memperbanyak tafakur.” Hatim menambahkan, “Dengan merenungi perumpamaan,
bertambahlah ilmu pengetahuan; dengan mengingat-ingat nikmat Allah,
bertambahlah kecintaan kepadaNya; dan dengan bertafakur, bertambahlah ketakwaan
kepadaNya.” Imam Syafi’i menegaskan, “Milikilah kepandaian berbicara dengan
banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan
berpikir.” (lihat Mau’idhatul Mu’minin)
4. Tafakur
adalah pangkal segala kebaikan. Ibnul Qayyim berkata, “Berpikir akan membuahkan
pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan yang terjadi pada
hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan
amal perbuatan. Jadi, berpikir adalah asas dan kunci semua kebaikan. Hal ini
bisa menunjukkan kepadamu keutamaan dan kemuliaan tafakur, dan bahwasanya
tafakur termasuk amalan hati yang paling utama dan bermanfaat sampai-sampai
dikatakan, ‘Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah setahun’. Tafakur bisa
mengubah dari kelalaian menuju kesadaran, dan dari hal-hal yang dibenci Allah
menuju hal-hal yang dicintaiNya, dari ambisi dan keserakahan menuju zuhud dan
qana’ah, dari penjara dunia menuju keluasan akhirat, dari kesempitan kejahilan
menuju bentangan ilmu pengetahuan, dari penyakit syahwat dan cinta kepada dunia
menuju kesembuhan ruhani dan pendekatan diri kepada Allah, dari bencana buta,
tuli, dan bisu menuju nikmat penglihatan, pendengaran, dan pemahaman tentang
Allah, dan dari berbagai penyakit syubhat menuju keyakinan yang menyejukkan
hati dan keimanan yang menentramkan.” (Miftah Daris Sa’adah: 226).
5.
G.
Manfaat
Tafakur
1.
Meningkatkan
kesabaran (tidak mudah marah)
2.
Meningkatkan
sifat kejujuran
3.
Meningkatkan
rasa adil dan bijaksana
4.
Meningkatkan
ketenangan
5.
Meningkatkan
ketentraman
6.
Meningkatkan
konsentrasi dan kesadaran diri.
2.4 CONTOH
APLIKASI TAFAKUR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Allah Dalam menciptakan alam semesta dan
isinya, banyak sekali yang bisa dijadikan bahan pemikiran bagi seorang hamba
yang sedang mempertebal imannya, seperti halnya amal yang sering kita kerjakan
yaitu tho'at. Tho'at merupakan ibadah yang bisa mendekatkan diri kepada Allah
subhanahu wata'ala. Dengan melalui hal tersebut, kita bisa bermunajat
kepadaNya. Shalat, puasa, zakat dan perintah-perintah lainnya, merupakan bentuk
ketaatan terhadapNya dengan dibarengi sifat roja', khouf, dan tawadlu'. Hal
ini, ketika diangan-angan maka akan timbul rasa mengharapkan ridhonya.
Begitu juga, dengan maksiat yang telah
dikerjakan oleh seorang hamba. Jika dia memikirkan apa yang di
kerjakannya,bahwa hal itu akan menjerumuskannya kedalam murka Allah dan membuat
hidupnya tidak nyaman. Maka akan timbul pada dirinya rasa atau sifat seperti
yang sudah diterangkan diatas. Hal ini masuk pada perkataan Ibnu ‘Athoillah dengan
‘ibarot mayadiinul aghyar.
Disamping itu, siksa Allah kelak diakhirat
juga merupakan pemikiran bagi hambaNya, karena dengan adanya siksa tersebut
akan menimbulkan prasangka pada dirinya tentang masuk surga atau neraka. Ketika
kamu banyak memikirkan hal seperti ini, maka kamu akan mendapatkan rasa khouf
terhadap Allah subhanahu wata'ala yang bisa mengakibatkan dekat dengan Nya.
Langit dan bumi, juga menjadi sebuah tafakur bagi hamba Nya, karena hal itu
bisa menjadikan nya ingat atas sang pencipta.
Semua ini sebagai pelantara untuk
mengetahui wujud (ada) Allah secara hakikat, seperti yang sudah diterangkan
pada hikmah sebelumnya, karena rasa ingin mengetahui Allah dengan melalui
DzatNya, akan mengalami kebingungan bahkan stress. Sebab dalam permasalahan ini
ada unsur daur (mengelilingi tidak ada ujungnya).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Segala
sesuatu yang ada dialam semesta ini semuanya tercantum didalam Al-Qur'an tanpa
terkecuali baik itu yang paling kecil, tidak kelihatan, atau yang paling tinggi
dan besar. Karena yang menciptakan semua itu adalah Allah subhanahu wata'ala,
sedangkan Al-Qur'an merupakan firman Allah secara langsung dengan melalui
malaikat jibril.
Maka
dari itu. Allah menyuruh kepda hambaNya untuk memperbanyak baca Al-Qur'an,
supaya bisa menambah iman pada dirinya karena dalam Al-qur'an sendiri banyak
sekali menerangkan tentang ayat-ayat yang menunjukan wujud Allah subhanahu
wata'ala
3.2 Saran
Senantiasalah
kita berdzikir dan bertafakur kapada Allah Swt sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah yang telah
memberi nikmat dan kehidupan yang nyaman dunia, karena Allah akan mengganjar
pahala yang berlipat kepada hambanya yang selalu ingat kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an
Yazid bin Abdul Qadir
Jawas, Dzikir Pagi dan Petang dan Sesudah Shalat Fardhu,
Imam Asy Syafi’i,
Cetakan I, Desember 2004
Khalid Al Husainan,
Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr
wat Tauzi’, Riyadh,
Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam SehariSemalam, Pustaka
Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M
[1]
Disarikan dari Al Wabilush Shoyyib, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, tahqiq:
‘Abdurrahman bin Hasan bin Qoid, terbitan Dar ‘Alam Al Fawaid, 94-198
0 comments:
Post a Comment