Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim : Dzikir dan Tafakur

| Wednesday, 29 October 2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia dengan kapasitas berfikir yang telah Allah karuniakan, senantiasa berusaha menggapai ‘kebahagiaan’ dengan bahasa perasaannya masing-masing. Pada masa sekarang ini manusia mencoba meraihnya dengan membuat ungkapan-ungkapan batin lewat visualisasi fisik yang banyak menguras waktu, harta, tenaga dan pikiran. Kesemuanya itu rela ia korbankan untuk melampiaskan perasaan batinnya, meski terkadang pengungkapannya itu kurang masuk akal sehat.
Kebahagiaan dalam format berfikir mereka adalah suatu bentuk idealisme yang bisa membuat perasaannya bergolak dan orang lain yang memperhatikannya ikut hanyut dalam gerak rasa yang dimainkannya. Dan memang kebahagiaan itu merupakan bentuk yang abstrak, sesuatu yang tinggi, dan sebagai pusat tujuan. Gagasan abstraklah yang membawa manusia melahirkan instrumen rasa batinnya.
Allah SWT, yang kalau manusia mengetahui adalah sumber gagasan abstrak yang bisa menjadi eksak dalam pandangan orang-orang pilihan-Nya. Allah menyapa manusia ketika ia ingin mencapai gagasan abstrak kebahagiaannya itu dengan kata ‘Aku dekat’ (bahkan lebih dekat daripada urat leher). Selanjutnya Allah menciptakan sebuah nama yang kemudian diiringi dengan nama-nama lain-Nya yang indah (hal ini yang Dia ajarkan pertama kali kepada Adam As.) sebagai jembatan penghubung antara Pencipta (Khaliq) dan yang dicipta (makhluk).
Pemahaman kita tentang Tuhan (makrifat) kepada-Nya sesungguhnya menggambarkan cakrawala pandang kita tentang Tuhan. Agama dan setiap golongan dalam suatu umat memiliki kacamata berbeda dalam memandang gagasan tentang Tuhan yang sebenarnya. Inilah Aqidah (tujuan) hidup, dan sumber kebahagiaan yang banyak orang cari sekarang ini.
Makrifat (pengenalan) akan Tuhan itu diawali dengan menyebut Nama-Nya, yakni Dzikir kepada Sang Pencipta. Dengan dzikir (ingat) inilah muncul istilah jauh dekatnya manusia kepada Tuhan yang menciptakannya.
Dzikir merupakan penghubung antara manusia dengan sumber kehidupan. Sesosok makhluk merupakan gambaran sebuah komponen elektronik, yang apabila tidak berhubungan dengan sumber energi listrik, maka ia tidak akan hidup. Dan juga apabila ia hanya berhubungan dengan hanya satu sumber ia juga tidak akan berjalan, karena arus memiliki dua kutub, positif dan negatif (ada takdir baik dan buruk). Orang yang ingat kepada Allah berarti ia hidup, dan yang melupakannya berarti sesungguhnya ia mati. Serta perlunya menafakuri alam semesta sesungguh-Nya dalam penciptaan alam dan bumi, serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.

1.2  Rumusan Masalah
·         Jelaskan konsep berdzikir !
·         Berikan contoh aplikasi berdzikir dalam kehidupan sehari-hari !
·         Jelaskan konsep tafakur !
·         Berikan contoh aplikasi tafakur dalam kehidupan sehari-hari !

1.3  Tujuan
Untuk mengetahui pengertian, tujuan, serta manfaat dari berdzikir dan tafakur menurut Al-Qur’an dan Hadist. Serta agar dapat mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari.











BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  KONSEP DZIKIR
A.    Pengertian
Dzikir menurut konteks bahasa mengandung beberapa pengertian, mengandung arti "Menceritakan" (QS. Maryam : 56), "Al-Qur'an" (QS. Al-Anbiya : 50), "Shalat" (QS. Al Baqarah : 239), "Wahyu" (QS. Al Qamar : 25) dan sebagainya.
Kata dzikir diambil dari bahasa arab yang berarti “ingat atau mengingat” sedangkan menurut istilah dzikir adalah suatu perbuatan atau pekerjaan yang yang dilakukan oleh seseorang untuk mengingat Tuhan yang telah menciptakan. Arti Dzikir dalam konteks islam adalah suatu cara / media untuk menyebut/mengingat nama Allah, jadi semua bentuk aktivitas yang tujuannya mendekatkan diri kepada Allah dinamakan dzikir seperti shalat (QS. Thoha : 14).
B.     Macam-Macam Dzikir
            Para ahli tasauf membagi dzikir itu dengan dua bagian :
1.      Dzikir Billisan : Berdzikir dengan menggunakan lidah dan menggerakkan kedua bibir.
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. "(QS. Annisa : 103).
2.   Dzikir Bilqolbi : Berzikir dengan menggunakan hati dan sama sekali tidak terdengar oleh telinga. (QS. Ali Imran: 135)
Dzikir Bilqolbi
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram " (QS. Ar-Rad :28)

Setiap zikir Billisan dan Bilqolbi mempunyai kelebihan dan kekurangan. Zikir billisan dengan suara jahar kelebihannya disamping berzikir secara tidak langsung dapat mengajarkan orang yang disekitarnya untuk mengikuti zikirannya seperti zikir sesudah shalat Fardhu yang dipandu oleh imam.

C.     Seberapa Banyak Perlu Berdzikir dan Kapan Waktunya
Pada hakikatnya Allah menyuruh hambanya banyak berzikir dan jangan sampai lalai kepadaNya dalam sedetikpun.
"Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya " (QS. AL-Ahzab : 41)
"Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang " (QS. AL-Ahzab : 42)
Bahkan termasuk golongan orang munafik yang sedikit zikirnya. tetapi ada zikir yang dibatasi dengan jumlah tertentu karena mempunyai keistimewaan dan ada maksud tertentu. Sabda Nabi :"Aku ber-Istigfar sehari semalam 100 kali ".
Istigfar ini menunjukkan rasa syukurnya beliau dijadikan Nabi yang Makshum (terbebas dari dosa). "Siapa yang membaca : Laa ilaaha illalloh wahdahu laasyariilalah lahul mulku wahul hamdu wahuwa alaa kulli syai'in qodiir.sehari 200 kali maka orang-orang yang sesudah dan sebelum-mu selalu berbuat baik kepadamu". Jumlah zikir dengan bilangan tertentu sering dipakai oleh para Ahli Thariqah dan Ahli Hikmah, karena mempunyai kelebihan dan tujuaan tertentu, seperti membaca Shalawat "Kamilah" 4444 kali dengan maksud keselamatan dan bentang dari musuh.Angka-angka yang mereka tentukan berdasarkan dari hasil Mujahadah (kesungguhan jiwa) dan Riyadhah (latihan jiwa) dala menjalankan tasauf .
Pada dasarnya berzikir tidak dibatasi dengan sesuatu apapun, karena mengingat kepada Sang Pencipta tidak boleh dibatasi oleh apapun, kecuali ada hal-hal tertentu yang dilarang untuk mengerjakannya. Berzikir boleh dilakukan dalam kondisi berdiri, duduk atau berbaring.
"Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa : 103).
Ibnu Abbas berkata : "Ayat ini mengandung pengertian boleh berzikir pada waktu siang atau malam, didaratan atau dilautan, sedang bepergian dalam kendaraan atau disuatu tempat dan dalam kondisi apapun seperti, sakit atau sehat, sendiri atau ramai ".

D.    Manfaat Berdzikir
Dzikir menyebabkan datangnya shalawat Allah dan malaikatnya bagi orang yang berdzikir. Dan siapa saja yang mendapat shalawat (pujian) Allah dan malaikat, sungguh ia telah mendapatkan keuntungan yang besar. Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا  وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا  هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا  
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Ahzab 33:41-43)
Dzikir akan memberikan seseorang kekuatan sampai-sampai ia bisa melakukan hal yang menakjubkan. Itulah karena disertai dengan dzikir. Contohnya adalah Ibnu Taimiyah yang sangat menakjubkan dalam perkataan, tulisannya, dan kekuatannya. Tulisan Ibnu Taimiyah yang ia susun sehari sama halnya dengan seseorang yang menulis dengan menyalin tulisan selama seminggu atau lebih. Begitu pula di medan peperangan, beliau terkenal sangat kuat. Inilah suatu hal yang menakjubkan dari orang yang rajin berdzikir.
Orang yang senantiasa berdzikir ketika berada di jalan, di rumah, di lahan yang hijau, ketika safar, atau di berbagai tempat, itu akan membuatnya mendapatkan banyak saksi di hari kiamat. Karena tempat-tempat tadi, gunung dan tanah, akan menjadi saksi bagi seseorang di hari kiamat. Kita dapat melihat hal ini pada firman Allah Ta’ala,
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا  وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا  يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا  بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا  
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS. Az Zalzalah 99 : 1-5)
Jika seseorang menyibukkan diri dengan dzikir, maka ia akan terlalaikan dari perkataan yang batil seperti ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), perkataan sia-sia, memuji-muji manusia, dan mencela manusia. Karena lisan sama sekali tidak bisa diam. Lisan boleh jadi adalah lisan yang rajin berdzikir dan boleh jadi adalah lisan yang lalai. Kondisi lisan adalah salah satu di antara dua kondisi tadi. Ingatlah bahwa jiwa jika tidak tersibukkan dengan kebenaran, maka pasti akan tersibukkan dengan hal yang sia-sia[1]
2.2    CONTOH APLIKASI BERDZIKIR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Untuk mempermudah mengingat dzikir para ulama memberi sebutan dzikir yang digunakan dalam keadaan tertentu :
·         Basmalah                     : Diucapkan setiap memulai sesuatu
·         Hamdalah / Tahmid    : Diucapkan setiap meakhiri sesuatu
·         Istigfar                        : Diucapakan ketika melihat / mendengar sesuatu yang tidak
   diinginkan atau untuk memohon ampun
·         Hauqalah                     : Diucapkan ketika melihat / mendengar sesuatu yang
  dibenci.
·         Al Masyiah                  : Diucapakan apabila ingin mengerjakan sesuatu yang hebat
  atau ajaib.
·         Tahlil / Syahadah        : Diucapkan ketika memasukkan orang non muslim kedalam
  agama islam /bacaan wajib bagi orang muslim didalam shalat.
·         Tasbih                          : Diucapkan ketika melihat atau mendengar kekuasaan Allah
  SWT.
2.3  KONSEP TAFAKUR
A.  Pengertian
Tafakur adalah suatu perenungan dengan melihat, menganalisa, meyakini secara pasti untuk mendapatkan keyakinan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah.
Tafakur adalah merenungi segala ciptaan Allah sebagai bukti kemaha besaran Allah dan menganggap bahwa  akhirat lebih utama daripada dunia.
Tafakur dalam Islam akan meningkatkan tauhid, keyakinan dan kepercayaan kepada Allah berdasarkan akal pikiran dan perasaan atau hati.
B.     Tujuan Tafakur
Tujuan dari Tafakur Meditasi Islam (TMI) adalah terutama untuk melatih diri agar kita selalu Ingat kepada Allah SWT, dan selalu Ingat adanya Kehidupan Akhirat nanti, guna mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan, baik di Kehidupan Dunia dan di Kehidupan Akirat. Selain untuk mendekatkan diri kepada Allah, Tafakur juga dapat digunakan untuk setiap saat melihat, memperhatikan perilaku, sifat, kejadian, masalah yang setiap saat muncul selama manusia – umat Islam menjalani kehidupan. Tujuan Utama dari Tafakur Meditasi Islam ini adalah untuk senantiasa mengingat allah & mengingat kehidupan akhirat, guna mendapatkan Keselamatan & Kebahagiaan, baik di Kehidupan Dunia maupun di Kehidupan Akhirat.
Dalam Al Quran Surah Al Baqarah ayat 152, Allah ber Firman:
“Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu”.
Dan simaklah Surah An Nisaa ayat 103:
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan Shalat mu, Ingatlah Allah di waktu ber-Diri, di waktu Duduk dan di waktu ber-Baring”.
Kemudian bacalah Firman Allah dalam Surah Al Ankabut ayat 64:
“Maka tidaklah Kehidupan Dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya Kehidupan Akhirat itulah yang sebenarnya Kehidupan, kalau mereka mengetahui”.
Tafakur merupakan suatu kesadaran untuk mendapatkan bukti adanya Allah, dan kekuasaan-Nya yang bermuara pada keyakinan, selanjutnya dengan tafakur manusia dapat menempatkan diri di alam dengan mengetahui kondisi baik dan buruk hanya dengan kekuatan akal dan iman yang membantu menerima kebaikan yang melahirkan ketenangan. Iman dan akal pula yang menolak keburukan dan sesuatu yang dibenci, hal inilah yang menjadi inti dari ajaran Islam.
C.     Tafakur dalam Perspektif Psikologi
Dalam dunia psikologi, Tafakur merupakan kegiatan berpikir yang dalam berbagai perasaan, persepsi, imajinasi, dan pikiran memberi pengaruh dalam pembentukan perilaku, kecenderungan, keyakinan, aktifitas alam sadar maupun alam dibawah sadar serta kebiasaan baik dan buruk seseorang. Hal ini adalah penemuan modern psikologi kognitif manusia, namun sebelum itu jauh ulama’ Islam telah merintis konsep tafakur sebagai motifasi hidup dan menambah kuatnya iman seseorang. (Badri, 1996: 20).
Pada masa-masa awal, psikologi banyak terfokuskan pada studi sekitar pikiran, kandungan perasaan, dan bangunan akal manusia. Kemudian, muncul aliran behaviorisme dengan konsep-konsepnya yang terkenal dan berpengaruh yang dipelopori oleh Watson. Aliran ini, akhirnya mengubah secara besar-besaran pandangan-pandangan sebelumnya, kemudian menempatkan kajian mengenai proses belajar manusia, melalui rangsangan dan respon yang timbul, menjadi tema utama psikologi. Perasaan, kandungan akal, dan pikiran dianggap sebagai masalah yang tidak dapat dijangkau dan dipelajari secara langsung.
Menurut mereka segala kegiatan kognitif dan perasaan yang ada dan terjadi dalam benda-benda hidup merupakan akibat dari interaksinya dengan pengaruh-pengaruh tertentu. Kegiatan “pikiran dalam” dianggap sebagai peti terkunci yang bagian dalamnya tidak mungkin diketahui dengan jelas. Karena itu, tidak perlu menghabiskan waktu untuk mempelajarinya. Selanjutnya, para penganut behaviorisme menyimpulkan bahwa “pikiran dalam” hanyalah kumpulan rangsangan dan respon yang terjaring tidak lebih dari “perbincangan dalam” seseorang dengan dirinya sendiri. (Badri, 1996: 6).
Apabila pikiran manusia diarahkan pada ciptaan Allah SWT, dan berbagai nikmat-Nya, ia akan menambah keimanan serta ketinggian perilaku dan amalnya. Sebaliknya apabila seseorang ditujukan pada syahwat dan kesenangan hawa nafsu, ia akan menjauhkannya dari nilai agama bahkan menjatuhkan moral perilakunya. Sedangkan pemikiran yang bertumpu pada ketakutan, perasaan gagal, dan pesimistik akan menjadi penyebab seseorang terserang penyakit kejiwaan. Oleh karena itu, banyak peneliti psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya pada upaya mengubah pemikiran  manusia, yaitu kegiatan berpikirnya yang seringkali lebih dulu memberi respon emosional pada seorang pasien. (Badri, 1996: 15).
Jadi,apabila pikiran manusia tidak diarahkan pada keEsaan Allah SWT  maka hati manusia itu kelak tertumpu pada pikiran atau jiwa yang selalu merasa takut,merasa dirinya selalu rendah,gagal,atau bisa dikatakn dengan sifat yang pemistik yang akan menghancurkan hidupnya sendiri.
Kegiatan kognitif dan kegiatan berpikir dalam diri manusia mengarahkan perilaku dan sikap lahiriyahnya, baik dirasakan maupun tidak dirasakan. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi kognitif mendukung apa yang digariskan oleh Islam bahwa tafakur tentang ciptaan Allah SWTmerupakan tiang utama keimanan, yang dapat melahirkan segala perbuatan dan perilaku positif.
Allah SWT berfirman,”Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”Selanjutnya,Allah SWT berfirman,”Dialah Allah Yang Menakdirkan,Yang Mengadakan,Yang mengadakan,Yang membentuk rupa,”Al-khalqu artinya menakdirkan.Al-bar’u artinya melaksanakan dan melahirkan sesuatu yang telah ditakdirkan dan didtetapkan ke alam wujud,sesuai dengan sifat yang dikehendaki dan dipilih-Nya.Seperti firman –Nya “dalam bentuk apa saja yang dia kehendaki ,Dia menyusun tubuhmu .” (al-infithaar:8) Selanjutnya,Allah Ta’ala berfirman,”Yang mempunyai nama-nama yang paling baik.”Hal ini dibicarakan di dalam surah al-a’raaf ayat 180.
Dan akan kami sebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah r.a Rasulullah saw.,

إِنَّ لِلهِ تَعَالَي تِسْعَةُ وَتِسْعِيْنَ اسْمًا ما ئَةُ إلأَّ وَجِدًا ,مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَهُوَ وِتْرُ يُحِبُّ الْوِتْرَ
“Allah mempunyai seratus nama kurang satu.barang siapa yang menjaganya,ia akan masuk surga.dan Allah itu ganjil dan menyukai yang ganjil.”
Firman Allah SWT,”Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan bumi.”Seperti firman Allah SWT,”Langit yang tujuh,bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah.Dan tak sesuatu pun  melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,tetapi kamu sekalian ridak mengerti tasbih mereka.Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”(al-israa’:44)Lalu Allah SWT berfirman,”Dan dialah Yang Mahaperkasa maka (laa yuraamu janaabuhu?) lagi Mahabijaksana.” Di dalam syariat dan ketentuan-Nya.

D.    Macam-macam Tafakur
Tafakur merupakan perantara untuk bisa wushul (sampai) kepada Allah subhanahu wata'ala, dengan berfikir tentang ciptaan atau makhluq Nya. Akan tetapi dalam bertafakur, Allah memberikan dua macam cara untuk melakukannya yaitu dengan bertafakur secara mutlaq atau secara muqoyyad sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an tentang masalah tersebut.
Dalam hal ini, tafakur dibagi menjadi dua, tafakur mutlaq dan tafakur muqoyyad. Ibnu Atho'illah membedakan antara kedua tafakur tersebut, karena disesuaikan dengan firman Allah dalam Al-Qur'an. Tafakur mutlaq ialah memikirkan tentang ciptaan Allah tanpa ada pembatas. Hal ini dikarenakan perintah Allah dalam Al-Qur'an dengan menggunakan fi'il (kata kerja) yang lazim, sehingga dalam permasalahan disini bisa dikatakan tafakur yang tidak membutuhkan maf'ul (obyek).
Tafakur muqoyyad ialah memikirkan sesuatu yang ada di alam semesta ini, tetapi pemikiran tersebut diberi batas-batas oleh Allah sesuai dengan firmanNya, dan Al-qur'an menyebutkannya dengan menggunakan fi'il (kata kerja) yang muta'adi. Hal ini obyek sangat berperan sekali dalam menentukan sesuatu yang akan dijadikan sebuah tafakur oleh seorang hamba.

E.     Dalil
·         Allah subhanahu wata'ala, menyuruh kepada hambaNya untuk berfikir atau tafakur terhadap ciptaanNya yang tidak dibatasi, hal ini bias dinamakan dengan tafakur mutlaq, sebagaimana firman Allah dalam surat yunus ayat 24.

كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (يونس : 10/ 24)
Artinya : "Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir". (Q.S. Yunus : 24).
·         Firman Allah dalam surat Al-Imron : 191

وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (ال عمران :3/ 191)

Artinya : "Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi". (Q.S. Al-Imron : 191).
Ayat ini menunjukan bahwasanya tafakur, selain mutlaq juga ada yang muqoyyid yaitu bertafakur terhadap ciptaan Allah dengan adanya pembatas seperti ayat di atas. Dan fi'il yang digunakan berupa muta'adi.
·         Pahala bertafakur lebih baik dari pada melaksanakan ibadah malam hari seperti perkataan syaikh Hasan bishri.
تفكر ساعة خير من قيام ليلة
Artinya : "Bertafakur satu jam lebih baik daripada mendirikan shalat pada waktu malam".
Hal ini, kebaikan tafakur dipandang dari segi pahala bukan hakikatnya.
Firman Allah dalam surat Al-Ikhlas.

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4) (الاخلاص :112/ 1-4)

Artinya : "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (Q.S. Al-Ikhlas : 1-4).
Ayat ini merupakan jawaban rasulallah pada waktu di beri pertanyaan oleh kafir Quraisyi tentang Dzat Allah subhanahu wata'ala. Dan juga sebuah himbauwan bagi umatnya supaya bertafakur terhadap sifat-sifat atau makhluqNya.
·         Banyak sekali dalam Al-qur'an, ayat yang menerangkan tentang ciptaan Allah, salah satunya yaitu tentang langit, bumi dan juga bergantinya malam dan siang seperti firman Allah dalam surat Al-Imron ayat 190.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (ال عمران : 3 /190)

Artinya : "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal".(Q.S. Al-Imron : 190).
·         Firman Allah dalam surat At-Thoriq.

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (5) خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (6) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (7) (الطارق :86/ 5-7)

Artinya : "Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan". (Q.S. At-Thoriq : 5-7).

Ayat ini menerangkan tentang Allah menciptakan manusia melalui proses yang tidak akan bias dilakukan oleh makhluq lain. Hal ini menunjukan adanya kekuasaan Allah dan wujudNya.
·         Firman Allah dalam surat An-Nahl.

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لَكُمْ مِنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ (10) يُنْبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (11) (النحل :16/ 10-11)

Artinya : "Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan". (Q.S. An-Nahl : 10-11).

Allah memberikan rizqi kepada hambaNya melalui air tawar yang turun dari langit ataupun langsung dari bumi dengan perantara tumbuh-tumbuhan, seperti firman Allah diatas.
·         Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا (البقرة : 2/ 219)
Artinya : "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". (Q.S. Al-Baqoroh : 219).
Dalam firman ini Allah juga menyuruh kepada hambaNya, untuk bertafakur tentang masalah khomr (minuman keras) yang bias menyebabkan murka Allah terhadap hambaNya.
·         Begitu juga dengan shadaqoh yang telah diperintahkan oleh Nya seperti Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh : 219

وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ (البقرة : 2/219)

Artinya : "Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir". (Q.S. Al-Baqoroh : 219).
·         Firman Allah dalam surat Thoha.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126). (طه :20/ 124-126).
Artinya : "Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". (Q.S. At-Thoha : 124-126).
Dalam ayat ini Allah menyuruh kepada hamabNya untuk bertafakur tentang siksa hari qiyamat, yang akan mengakibatkan rasa khouf dan roja' kepada Allah subhanahu wata'ala kelak di hari akhir tersebut. Disamping itu, dalam ayat ini Allah berfirman dengan menggunakan lapadz فَنَسِيتَهَا . Hal ini menunjukan bahwasanya, Allah telah memberikan pengetahan kepada hambaNya tentang wujudNya dialam dunia tetapi mereka berpura-pura lupa tentang hal itu.



F.      Setidaknya ada empat keutamaan tafakur, yaitu:
1.      Allah memuji orang-orang yang senantiasa bertafakur dan berdzikir dalam setiap situasi dan kondisi dengan menceritakannya secara khusus dalam Al-Qur’an di surat Ali Imran ayat 190-191. Sa’id Hawa dalam Al-Mustakhlash Fi Tazkiyatil Anfus halaman 93 berkata, “Dari ayat ini kita memahami bahwa kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan antara dzikir dan pikir pada diri manusia. Apabila kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal berarti kesempurnaan seorang manusia, maka kita bisa memahami peran penting dzikir dan pikir dalam menyucikan jiwa manusia. Oleh karena itu, para ahli suluk yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah senantiasa memadukan antara dzikir dan pikir di awal perjalanannya menuju Allah. Sebagai contoh, di saat bertafakur tentang berbagai hal, mereka mengiringinya dengan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.”
2.      Tafakur termasuk amal yang terbaik dan bisa mengungguli ibadah. Ada atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban berbunyi, “Berpikir sesaat lebih utama daripada ibadah setahun.” Kenapa begitu? Karena, berpikir bisa memberi manfaat-manfaat yang tidak bisa dihasilkan oleh suatu ibadah yang dilakukan selama setahun. Abu Darda’ seorang sahabat yang terkenal sangat abid pernah ditanya tentang amalan yang paling utama, ia menjawab, “Tafakur.” Dengan tafakur seseorang bisa memahami sesuatu hingga hakikat, dan mengerti manfaat dari yang membahayakan. Dengan tafakur, kita bisa melihat potensi bahaya hawa nafsu yang tersembunyi di dalam diri kita, mengetahui tipu daya setan, dan menyadari bujuk rayu duniawi.
3.      Tafakur bisa mengantarkan kita kepada kemuliaan dunia dan akhirat. Ka’ab bin Malik berkata, “Barangsiapa menghendaki kemuliaan akhirat, maka hendaknyalah ia memperbanyak tafakur.” Hatim menambahkan, “Dengan merenungi perumpamaan, bertambahlah ilmu pengetahuan; dengan mengingat-ingat nikmat Allah, bertambahlah kecintaan kepadaNya; dan dengan bertafakur, bertambahlah ketakwaan kepadaNya.” Imam Syafi’i menegaskan, “Milikilah kepandaian berbicara dengan banyak berdiam, dan milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berpikir.” (lihat Mau’idhatul Mu’minin)
4.      Tafakur adalah pangkal segala kebaikan. Ibnul Qayyim berkata, “Berpikir akan membuahkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan yang terjadi pada hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan amal perbuatan. Jadi, berpikir adalah asas dan kunci semua kebaikan. Hal ini bisa menunjukkan kepadamu keutamaan dan kemuliaan tafakur, dan bahwasanya tafakur termasuk amalan hati yang paling utama dan bermanfaat sampai-sampai dikatakan, ‘Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah setahun’. Tafakur bisa mengubah dari kelalaian menuju kesadaran, dan dari hal-hal yang dibenci Allah menuju hal-hal yang dicintaiNya, dari ambisi dan keserakahan menuju zuhud dan qana’ah, dari penjara dunia menuju keluasan akhirat, dari kesempitan kejahilan menuju bentangan ilmu pengetahuan, dari penyakit syahwat dan cinta kepada dunia menuju kesembuhan ruhani dan pendekatan diri kepada Allah, dari bencana buta, tuli, dan bisu menuju nikmat penglihatan, pendengaran, dan pemahaman tentang Allah, dan dari berbagai penyakit syubhat menuju keyakinan yang menyejukkan hati dan keimanan yang menentramkan.” (Miftah Daris Sa’adah: 226).
5.       

G.    Manfaat Tafakur
1.      Meningkatkan kesabaran (tidak mudah marah)
2.      Meningkatkan sifat kejujuran
3.      Meningkatkan rasa adil dan bijaksana
4.      Meningkatkan ketenangan
5.      Meningkatkan ketentraman
6.      Meningkatkan konsentrasi dan kesadaran diri.

2.4    CONTOH APLIKASI TAFAKUR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Allah Dalam menciptakan alam semesta dan isinya, banyak sekali yang bisa dijadikan bahan pemikiran bagi seorang hamba yang sedang mempertebal imannya, seperti halnya amal yang sering kita kerjakan yaitu tho'at. Tho'at merupakan ibadah yang bisa mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala. Dengan melalui hal tersebut, kita bisa bermunajat kepadaNya. Shalat, puasa, zakat dan perintah-perintah lainnya, merupakan bentuk ketaatan terhadapNya dengan dibarengi sifat roja', khouf, dan tawadlu'. Hal ini, ketika diangan-angan maka akan timbul rasa mengharapkan ridhonya.
Begitu juga, dengan maksiat yang telah dikerjakan oleh seorang hamba. Jika dia memikirkan apa yang di kerjakannya,bahwa hal itu akan menjerumuskannya kedalam murka Allah dan membuat hidupnya tidak nyaman. Maka akan timbul pada dirinya rasa atau sifat seperti yang sudah diterangkan diatas. Hal ini masuk pada perkataan Ibnu ‘Athoillah dengan ‘ibarot mayadiinul aghyar.
Disamping itu, siksa Allah kelak diakhirat juga merupakan pemikiran bagi hambaNya, karena dengan adanya siksa tersebut akan menimbulkan prasangka pada dirinya tentang masuk surga atau neraka. Ketika kamu banyak memikirkan hal seperti ini, maka kamu akan mendapatkan rasa khouf terhadap Allah subhanahu wata'ala yang bisa mengakibatkan dekat dengan Nya. Langit dan bumi, juga menjadi sebuah tafakur bagi hamba Nya, karena hal itu bisa menjadikan nya ingat atas sang pencipta.
Semua ini sebagai pelantara untuk mengetahui wujud (ada) Allah secara hakikat, seperti yang sudah diterangkan pada hikmah sebelumnya, karena rasa ingin mengetahui Allah dengan melalui DzatNya, akan mengalami kebingungan bahkan stress. Sebab dalam permasalahan ini ada unsur daur (mengelilingi tidak ada ujungnya).














BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Segala sesuatu yang ada dialam semesta ini semuanya tercantum didalam Al-Qur'an tanpa terkecuali baik itu yang paling kecil, tidak kelihatan, atau yang paling tinggi dan besar. Karena yang menciptakan semua itu adalah Allah subhanahu wata'ala, sedangkan Al-Qur'an merupakan firman Allah secara langsung dengan melalui malaikat jibril.
Maka dari itu. Allah menyuruh kepda hambaNya untuk memperbanyak baca Al-Qur'an, supaya bisa menambah iman pada dirinya karena dalam Al-qur'an sendiri banyak sekali menerangkan tentang ayat-ayat yang menunjukan wujud Allah subhanahu wata'ala
3.2 Saran
       Senantiasalah kita berdzikir dan bertafakur kapada Allah Swt sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah yang telah memberi nikmat dan kehidupan yang nyaman dunia, karena Allah akan mengganjar pahala yang berlipat kepada hambanya yang selalu ingat kepada Allah SWT.




DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Dzikir Pagi dan Petang dan Sesudah Shalat Fardhu,
Imam Asy Syafi’i, Cetakan I, Desember 2004
Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr
wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam SehariSemalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M






                                                                                             












[1] Disarikan dari Al Wabilush Shoyyib, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, tahqiq: ‘Abdurrahman bin Hasan bin Qoid, terbitan Dar ‘Alam Al Fawaid, 94-198

0 comments:

Post a Comment

Next Prev
▲Top▲