Keperawatan Medikal Bedah : Fraktur

| Wednesday 29 October 2014


A.     Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal
1.      Definisi
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan.
(Patofisiologi Vol.2, Sylvia:1357)
Sistem Muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon, dan bursa.
(KMB Vol.3, Brunner&Suddarth:2264)
Sistem Muscular atau otot dalam tubuh memiliki fungsi umum untuk pergerakan, membentuk postur tubuh dan memproduksi panas.
(Anatomi Fisiologi Manusia, Ani dkk:39)
Tulang membentuk kerangka pelindungdan penyangga tubuh dan memberikan tempat perlekatan otot yang menggerakan rangka. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
(Patofisiologi Vol.2, Sylvia:1363&1357)
2.       Jenis tulang
Sistem Skelet : terdapat 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam empat katagori diantaranya tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, dan tulang tak teratur.
(KMB Vol.3, Brunner&Suddarth:2264)
Jenis tulang dapat dibedakan menjadi tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang tidak beraturan, tulang sesamoid dan tulang tambahan.
(Anatomi Fisiologi Manusia, Ani dkk:27)
3.       Jaringan Tulang
a.       Jaringan tulang berongga (spongy/cancellous)
Struktur tulang yang berongga memungkinkan untuk tumpuan yang lebih baik terhadap beban berat. Bagian yang sangat mencolok pada bagian tulang ini adalah trabeculae (duri tipis dari jaringan tulang yang dikelilingi oleh tulang matriks yang keras karena adanya deposit garam kalsium).
b.       Jaringan tulang padat
Tulang padat sangat keras. Tulang memiliki silinder yang terklasifikasi yang disebut dengan osteon. Silinder terdiri dari lapisan konsentris/lamella. Dibagian tengah tulang terdapat Central Canals yang mengandung persyarafan, pembuluh limfe dan pembuluh darah dan juga terdapat saluran dari nutrisi dan zat-zat buangan.
Tulang menjadi lebih keras dan lebih kaku dari jaringan lain karena tersusun atas garam kalsium fofat dan kalsium karbonat dan juga mengandung kristal hydroxyapatite.
(Anatomi Fisiologi Manusia, Ani dkk:28-29)
4.       Anatomi Tulang Secara Umum
Tulang panjang memiliki gambaran yang paling baik untuk menggambarkan anatomi tulang secara umum. Tulang dewasa memiliki bagian yang disebut dengan diaphysis, metaphysis, epiphysis.
(Anatomi Fisiologi Manusia, Ani dkk:29)
Diafisis atau batang tulang adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Yang tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.
Metafisis adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung kahir batang. Tersusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosayang mengnadung sel-sel hematopoetik.metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan tendon dan ligamen pada epifisis.
Epifisis merupakan bagian medullary cavity yang mengandung sumsum tulang berwarna kuning berisi lemak. Bagian poros berisi sumsum berwarna merah yang merupakan tersusun atas sel darah merah sehingga warnanya menjadi merah. Pada anak-anak biasanya sumsum tersebut berwarna merah, namun seiring  dengan perjalanan pertumbuhan sehingga berubah menjadi sumsum kuning.
Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa.
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel yang dapat berpoliferasidan berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Periosteum mengandung pembuluh darah, pembulu limfe dan banyak kapiler yang memberikan nutrisi pada tulang dan memberikan warna tulang lebih merah muda.
(Anatomi Fisiologi Manusia, Ani dkk:30 dan Patofisiologi Vol.2, Sylvia:1358)
5.       Sel Tulang
a.  Sel Osteogenik : banyak ditemukan pada bagian tulang paling dalam dari periosteum dan sumsum tulang. Memiliki kemampuan untuk berubah bentuk menjadi osteoblast selama terjadi stress dan proses penyembuhan.
b. Osteoblast : mensistesa dan mensekresi substansi dasar yang tidak bermineral. Sebagai pompa sel untuk menggerakan kalsium keluar dan masuk sel.
c.  Osteosit : merupakan sel utama pada tulang yang sedang tumbuh. Osteosit juga adalah sel sel dewasa, yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang padat. Berperan dalam keseimbangan dalam mengatur pengeluaran kalsiun dari tulang ke dalam darah.
d.  Osteoclas : sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang diabsopsi. Osteoclas dapat mengikis tulang.
e. Sel Pembatas tulang : ditemukan pada permukaan banyak tulang orang dewasa. Berasal dari osteoblas. Fungsinya menyediakan sel osterogenik yang dapat berubah dan berdifferensiasi menjadi osteoblas, juga berperan sebagai ion barrier untuk mengatur keseimbangan mineral terutama kalsium dan fosfat sehingga kandungannya dalam matriks tetap stabil.
(Patofisiologi Vol.2, Sylvia:1359 dan Anatomi Fisiologi Manusia, Ani dkk:33)
6.       Fungsi Tulang
·         Cadangan dan pelepasan kalsium
·         Penyimpanan dan pelepasan fosfat
·         Produksi sel darah
(Anatomi Fisiologi Manusia, Ani dkk:33)
7.       Sendi
Sendi adalah daerah tubuh tempat dua tulang menyatu. Sendi dapat bergerak bebas, yang disebut sendi diartrodial, atau  dapat tidak bergerak yang disebut sendi sinartrodial.
(Patofisiologi, Corwin:330)
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang.
8.       Klasifikasi Sendi
o   Sendi Fibrosa (sinartrodial) merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan yang lainnya di hubungkan oleh jaringan ikat fibrosa.
o   Sendi Kartilaginosa (amfiartrodial) merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Dan merupakan sendi yang diujung-ujung tulangnya dibungkus oleh rawan hialin, disokong oleh ligamen.
o   Sendi Sinovial (diartrodial) merupakan sendi yang dapat digerakan dengan bebas. Sendi-sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi rawan hialin.
Synovial Cavity : ruang dalam sendi anatar dua tulang dalam persendian. Terdapat membran sinovial yang berisi bantalan lemak yang berperan dalam mengurangi gesekan. Membran sinovial mensekresi cairan sinovial yang melumasi sendi yang berguna untuk mengurangi gesekan saat sendi bergerak.
(Patofisiologi Vol.2, Sylvia:1360 dan Anatomi Fisiologi Manusia, Ani dkk:36)
9.       Otot
Otot rangka dan tulang menunjang dan menggerakan tubuh. Tulang dilindungi oleh organ internal dan digerakan oleh otot. Otot bertanggung jawab menimbulkan tonus vaskuler, kontraksi usus, fungsi genitourinari, dan denyut jantung. Otot rangka dihubungkan ke tulang melalui tendon. Tendon menggerakan tulang dengan kontraksi otot rangka, yang di kontrol oleh neuron motorik bawah dari medula spinalis. Otot rangka disebut otot serabut lintang karena adanya garis lintang yang dapat dilihat di seluruh otot melalui mikroskop cahaya.
Satu sel otot dibentuk dari banyak miofibril. Miofibril terdiri atas subunit yang lebih kecil yang disebut miofilamen, miofilamen adalah unit fungsional sel otot. Unit ini terdiri atas protein kontraktil yang tabal dan tipis, yang berkelompok bersama menjadi pola berulang, yang disebut sarkomer. Otot mampu melakukan gerakan hanya dengan cara kontriksi. Otot yang membantu pergerakan tertentu dinamakan sinergis. Semesntara otot yang menyebabkan pergerakan berlawanan dengan pergerakan tertentu dikenal sebagai antagonis.
(Patofisiologi, Corwin:314)
B.     Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang besar dari yang dapat diabsorpsinya.
            Fraktur tulang adalah patah tulang pada tulang.
(Patofisiologi, Corwin:335)
Fraktur adalah rusaknya keutuhan tulang.
(Ensiklopedia Keperawatan, Criss Brooker:136)
            Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
(Patofisiologi Vol.2, Sylvia:1365)
Faktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebbkan oleh rudapaksa.
(Kapita Selekta 2:346)
C.     Klasifikasi Fraktur
·         Fraktur komplet adalah patah tulang pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). (KMB Vol.3, Brunner&Suddart:2357)
Fraktur Komplet adalah fraktur yang mengenai tulang secara keseluruhan. (Patofisiologi, Corwin:335)
·         Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
Fraktur inkomplet adalah fraktur yang mengenai tulang secara parsial. (Patofisiologi, Corwin:336)
Digolongkan/dipecah kembali sehingga menjadi spesifik :
1)       Greenstik adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang patah sedang sisi lainya membengkok
2)       Oblik adalah fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
3)       Spiral adalah fraktur memuntir seputar batang tulang
4)       Kominutif adalah fraktur dengan tulang tengkorak dan tulang wajah
5)       Depresi adalah fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (biasa terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah)
6)       Kompresi adalah fraktur diman tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) seperti yang biasa terjadi pada tulang belakang.
7)       Segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplay darahnya.
8)       Transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
9)       Avulsi adalah memisahkan fragmen tulang pada tempat insesi tendon ataupun ligamen.
10)   Fraktur kelelahan adalah fraktur yang terjadi pada orang orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka.
11)   Fraktur sendi adalah fraktur yang terjadi pada sendi. Cedera ini dapat menyebabkan osteoaritis.
12)   Fraktur angulasi adalah fraktur yang dapat menunjukan derajat keparahan fraktur.dan memperkirakan derajat deviasi fragmen distal dari sumbu longitudinal normal
13)   Fraktur oposisi adalah menunjukan tingkat pergeseran fraktur dari permukaan asalnya dan dipakai untuk menjelaskan beberapa proporsi satu fragmen tulang patah yang menyentuh permukaan fragen tulang yang lainnya.
·         Fraktur tertutup (fraktur simple) tidak menyebabkan robeknya kulit. (KMB Vol.3, Brunner&Suddart:2357)
·         Fraktur terbuka/kompleks adalah fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patah tulang.
Fraktur kompleks adalah fraktur yang ditandai oleh luka yang dalam hingga bersinggungan dengan hematoma fraktur sehingga menyediakan jalan masuk untuk bakteri. (Ensiklopedia Keperawatan, Criss Brooker: 136)
Grade Fraktur terbuka :
Grade I             : dengan luka bersih, panjangnya luka < 1 cm
Grade II            : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
ekstensif
Grade III           : yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.
D.     Etiologi
v  Trauma
v  Benturan dan cedera (jatuh pada kecelakaan).
v  Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis.
v  Letih, patah tulang karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi
(Patofisiologi Vol.2, Sylvia:1366)
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1)       Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
§  Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehinggatulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan frakturmelintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
§  Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasibenturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkanfraktur klavikula.
§  Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yangkuat.
§  Fraktur stress atau fraktur keletihan dapat terjadi pada tulang normal akibat stress tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang
2)       Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengantrauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi padaberbagai keadaan berikut :
o   Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yangtidak terkendali dan progresif.
o   Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akutatau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dansakit nyeri.
o   Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi. Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanyadisebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupankalsium atau fosfat yang rendah.
o   Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakitpolio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

E.      Manifestasi klinis
a)       Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah daritempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
o   Rotasi pemendekan tulang.
o   Penekanan tulang.
b)       Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasidarah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
c)       Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
d)       Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
e)       Tenderness / keempukan.
f)        Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang daritempatnya dan kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
g) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan).
h)       Pergerakan abnormal.
i)         Krepitasi
(Black, 1993 : 199 )
v  Nyeri dan nyeri tekan setempat
v  Pembengkakan
v  Memar
v  Krepitus (bsing derik tulang yang terdengar saat tulang yang patah digerakan)
v  Deformitas, termasuk pemendekan tulang
v  Mobilitas abnormal pada bagian fraktur
v  Kehilangan kemampuan fungsional untuk menjalankan tugas sehari-hari
v  Kerusakan jaringan lunak
(Ensiklopedia Keperawatan, Criss Brooker:137)

F.      Patofisiologi
Patofisiologi fraktur tertutup mandibula dan fraktur tertutup femur terlampir

G.     Komplikasi
1)       Komplikasi awal
§  Syok
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat perdarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun yang tidak kelihtan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak, dapat trjadi fraktur ekstermitas, toraks, pelvis, vetebra. Karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat dari trauma, khususnya fraktur femur dan pelvis.
§  Sindrom emboli lemak
Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis, fraktur multipel, atau cedera remuk, dapat terjadi emboli lemak.
2)       Komplikasi lambat
§  Penyatuan terlamabat atau tidak ada penyatuan
Penyatuan terlamabat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan kecapatan normal untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlamabat mungkin berhubungan dengan infeksi sistemik dan distraksi fragmen tulang.
§  Reaksi terhadap alat fiksasi interna
Alat fiksasi interna biasanya diambil setelah penyatuan tulang terjadi, namun pada kebanyakan pasien alat tersebut tidak diangkat sampai menimbulkan gejala. Masalah tersebut meliputi kegagalan mekanis (kegagalan pemasangan dan stabilisasi yang tak memadai), kegagalan material (alat yang cacat atau rusak), berkaratnya alat.
(KMB Vol.3, Brunner&Suddart:2366)

H.     Prosedur Diagnostik
v  Radiograf dapat menunjukan fraktur tulang
v  Scan tulang dapat menunjukan fraktur stress
v  Pemeriksaansinar-X dapatmembuktikanfrakturtulang
v  Arteriogramyaitudilakukan bila dicurigai terdapat kerusakan vaskuler.
v  Pemeriksahandarahlengkap (Hb, Hematokrit, kreatinindanprofilkoagulan
v  Anamnesa
v  Pemeriksaanumum
v  Pemeriksaan status lokalis
v  Pemeriksaan rontgen : Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.

I.        Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan fraktur tertutup adalah sebagai berikut :
1)      Terapi non farmakologi, terdiri dari :
a)       Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplet dan fraktur tanpa kedudukan baik.
b)       Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau lokal.
c)       Traksi, untuk reposisi secara berlebihan. Seperti traksi skin yang indikasinya
ü  Traksiskinmerupakanterapipilihanpadafraktur femur danbeberapafraktursuprakondilerhumerianak-anak.
ü  Padareduksitertutupdimanamanipulasidanimobilisasitidakdapatdilakukan.
ü  Merupakanpengobatansementarapadafraktursambilmenungguterapidefinitif.
ü  Fraktur-fraktur yang sangatbengkakdantidakstabilmisalnyafraktursuprakondilerhumeripadaanak-anak.
ü  Untuktraksipadaspasmeototataupadakontraktursendimisalnyasendilututdaripanggul.
ü  Untuktraksipadakelainan-kelainantulangbelakangsepertihernia nukleuspulposus(HNP) atauspasmeotot-otottulangbelakang.
ü  Perhitungan beban traksi adalah Berat Badan Pasien x 1/7 sementara traksi tulang perhitungnya adalah Berat Badan Pasien x 1/3.
d)       Indikasi Pemasangan Gips
o   Untuk pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai bidal).
o   Imobilisasi sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips korset pada tuberkulosis tulang belakang atau pasca operasi seperti operasi pada skoliosis tulang belakang.
o   Sebagai pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama pada anak-anak dan fraktur tertentu pada orang dewasa.
o   Mengoreksi deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada talipes ekuinovarus kongenital atau pada deformitas sendi lutut oleh karena berbagai sebab.
o   Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.
o   Imobilisasi untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu operasi misalnya pada artrodesis.
o   Imobilisas setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya setelah operasi tendo Achilles.
o   Dapat dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau protesa.
Macam-macam tempat pemasangan gips diantaranya gips lengan pendek,gips lengan panjang,gips tungkai pendek,gips tungkai panjang,gips berjalan,gips tubuh,gips spika,gips spika bahu,gips spika pinggul.
e)       Operatif
Indikasi operasi antara lain:
v  Penanggulangan non-operatif gagal
v  Fraktur multipel
v  Robeknya arteri femoralis
v  Fraktur patologik
v  Fraktur pada orang-orang tua.

2)      Terapi farmakologi, terdiri dari :
v  Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
v  Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial.
Terapi ini dengan reposisi anatomi diikuti dengan fiksasi internal.Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin, penundaanwaktu dapat mengakibatkan komplikasi. Waktu yang optimal untuk bertindaksebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) / tetanus hamaglobidin. Berikan antibiotik untuk kuman gram positif dan negatif dengandosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar lukafraktur terbuka.
(Smeltzer, 2001)
Penatalaksanaan menurut Corwin :
·         Fraktur harus segera di imobilisasi untuk memungkinkan pembentukan hematoma fraktur dan meminimalkan kerusakan
·         Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agar terjadi pemmulihan posisi yang normal dan rentang gerak. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi tertutup). Apabila diperlukan pembedahan untuk fiksasi (reduksi terbuka), pin atau sekrup dapat dipasang untuk mempertahankan reduksi dan menstimulasi penyembuhan.
·         Imobilisasi jangka panjang setelah reduksi penting dilakukan agar terjadi pembentukan kalus tulang baru. Imobilisasi jangka panjang biasanya dilakukan dengan pemasangan gips atau penggunaan bidai.
(Patofisiologi,Corwin:339)
            Tinjauan penatalaksanaan fraktur
            Enam modalitas pengobatan umu digunakan pada penatalaksanaan fraktur :
v  Metode penyokong nonrigrid (misalnya mitela, perban, atau plester)
v  Traksi kontinu (seperti traksi kulit atau skelet)
v  Fikssasi plester
v  Fiksasi interna
v  Fiksasi eksterna
v  Gips dan/ atau penyangga (gips, fiksator eksternal, skeleton, traksi)




J.       Prinsip Penanganan Fraktur
1)       Reduksi Fraktur
Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya rotasi anatomis. Reduksi dibagi menjadi dua, yaitu :
o   Reduksi tertutup
Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
o   Reduksi terbuka
Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batang logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisi sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.
2)       Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi, atau dipertahankan da;am posisi dan kesejajaran yang benar samapai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Medode fiksasi eksterna meliputi pembalutan gips, bidai, traksi eksterna,
3)       Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan mobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
4)       Faktor yang mempercapat penyembuhan fraktur
·         Imobilisasi fragmen tulang
·         Kontak fragmen tulang maksimal
·         Asupan darah yang memadai
·         Nutrisi yang baik
·         Latihan pembebanan berat untuk tulang panjang
·         Hormon hormon tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik
·         Potensila listrik pada pataha tulang.
5)       Faktor yang menghambat penyembuhan tulang
o   Trauma lokal ekstensif
o   Kehilangan tulang
o   Imobilisasi tak memadai
o   Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang
o   Infeksi
o   Keganasan lokal
o   Penyakit tulang metabolik
o   Radiasi tulang
o   Kekrosis avaskuler
o   Fraktur intraartikuler
o   Usia (lansia sembuh lebih lama)
o   Kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan)

K.     Proses Penyembuhan Tulang pada Fraktur
·         Stadium Satu (Pembentukan Hematoma) : Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.
·         Stadium Dua (Proliferasi Seluler) : Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.
·         Stadium Tiga (Pembentukan Kallus) :  Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik (bersifat menghasilkan/membentuk tulang), bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago.
·         Stadium Empat (Osifikasi atau Konsolidasi) :  Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Pada fase 3 dan 4 dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur.
·         Stadium Lima (Remodelling) :  Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
LOKALISASI
WAKTU PENYEMBUHAN
(minggu)
Phalang / metacarpal/ metatarsal / kosta
Distal radius
Diafisis ulna dan radius
Humerus
Klavicula
Panggul
Femur
Condillus femur / tibia
Tibia / fibula
Vertebra
3 – 6
6
12
10 – 12
6
10 – 12
12 – 16
8 – 10
12 – 16
12

Ada beberapa tahapan penyembuhan tulang diantaranya :
a.       Inflamasi
Dengna adanya patah tulang, tubuh mengalami respons yang sama yaitu terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian diinvasi  oleh makrofag yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadilah pembengkakan dan nyeri.
b.       Proliferasi sel
Sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang – benang fibrin
c.       Pembentukan kalus
d.       Penulangan kalus
e.       Remodelling menjadi tulang dewasa
(KMB Vol.3, Brunner&Suddart:2268)

L.      Penatalaksanaan Diet
Diberikan diet cair karena keadaan lambung yang belum normal,diberikan 200 cal karena hiper metabolik pasien memerlukan energi lebih.Diberikan pada pasien dalam kaadan mual dan muntah,dengan kesadaran menurun,dengan suhu badan sangat tinggi atau infeksi akut. Makanan ini berupa cairan jernih yang tidak merangsang dan tidak meninggalkan sisa.

M.     Therapy
v  Ketorolac tromethamine
Indikasi :
Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Indikasi penggunaan ketorolac adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu penggunaan maksimal selama 5 hari. Ketorolac selain digunakan sebagai anti inflamasi juga memiliki efek anelgesik yang bisa digunakan sebagai pengganti morfin pada keadaan pasca operasi ringan dan sedang.
Penatalaksanaan jangka pendek, nyeri akut sedang -berat setelah operasi prosedur bedah.
Efek samping :
Diare, dispepsia, nyeri Gastro Intestinal, neusea, sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat, asma, dispnea, pruritus, urtikaria, vasodilatsi, pucat.

v  Ranitidin
Indikasi :
ü  Tukak lambung dan usus 12 jari
ü  Hipersekresi patologik sehubungan dengan sindrom Zollinger-Ellison
Kontra Indikasi:
ü  Penderita gangguan fungsi ginjal
ü  Wanita hamil dan menyusui

Efek Samping :
ü  Efek samping ranitidine adalah berupa diare, nyeri otot, pusing, dan timbul ruam kulit, malaise,nausea.
ü  Konstipasi
ü  Penurunan jumlah sel darah putih dan platelet (pada beberapa penderita).
ü  Sedikit peningkatan kadar serum kreatinin (pada beberapa penderita).

v  NaCl 0,9%
Indikasi :
ü  Merupakan garam yang berperan penting dalam memelihara tekanan osmosis darah dan jaringan. Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi
Kontra indikasi :
ü  Hipernatremia, Asidosis, Hipokalemia.
Efek samping :
ü  Reaksi-reaksi yang mungkin terjadi karena larutannya atau cara pemberiannya, termasuk timbulnya panas, infeksi pada tempat penyuntikan, thrombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.
ü  Bila terjadi reaksi efek samping, pemakaian harus dihentikan dan lakukan evaluasi terhadap penderita.

v  Ceftriaxone
Indikasi :
ü  Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang mengancam nyawa.
Efek samping :
ü  Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah seperti anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal)
ü  Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy, convulsion); Efek hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan hati juga terjadi.
ü  Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated partial thromboplastin time), dan atau hypoprothrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan) dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan rangkaian sisi NMTT yang mengandung cephalosporins.















Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor (Reeves,2001:248)
Pada perawatan pasien fraktur tertutup, pasien diajari untuk mengontrol pembengkakan dan nyeri sehubungan dengan fraktur dan trauma jaringan lunak, sedangkan perawatan pasien fraktur terbuka adalah untuk meminimalkan kemungkinan infeksi luka, jaringan lunak dan tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan tulang.
Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu stadium satu (Pembentukan Hematoma), stadium dua (Proliferasi Seluler), stadium tiga (Pembentukan Kallus), stadium empat (Osifikasi atau Konsolidasi), stadium lima (Remodelling).
Prinsip Penatalaksanaan Fraktur Dengan Konservatif & Operatif
Cara Konservatif diantaranya Gips dan Traksi (mengangkat / menarik), sementara Cara operatif / pembedahan yaitu dengan metode perawatan fiksasi interna dan reduksi terbuka.

Saran
Dalam paper ini masih jauh dari kesempurnaan, jadi penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Pembahasan dalam paper fraktur ini merupakan masalah yang sering terjadi di kehidupan masyarakat, oleh karena itu penulis menyarankan agar para pembaca memahami tentang isi makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002.Keperawatan Medikal BedahVol 3. Jakarta : EGC
Brooker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin Elizabeth J. 2009.Buku Saku PatofisiologiEdisi 3. Jakarta : EGC:
Haryani, Ani. 2009. Anatomi Fisiologi Manusia. Bandung : CV Cakra
Mansjoer, Arif, et. al. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
NANDA. 2011. Diagnosis keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012 – 2014.Jakarta:EGC
Price, S.A. 2012.Patofisiologi Edisi 6 Vol 2Jakarta:EGC
Reeves, Charlene J, 2001. Keperawatan Medikal Bedah (Penerjemah Joko Setyono). Jakarta : Penerbit Salemba Medica.












0 comments:

Post a Comment

Next Prev
▲Top▲